TEMPO.CO, Padang - Survei Dinas Pariwisata Padang menyebutkan penerapan kebijakan bagasi berbayar oleh maskapai penerbangan menyebabkan penjualan oleh-oleh berupa makanan dan lainnya anjlok 40 persen di Kota Padang, Sumatera Barat.
Baca juga: Ikuti Arahan Kemenhub, Citilink Tunda Penerapan Bagasi Berbayar
"Wisatawan harus membayar lebih mahal akhirnya wisatawan lebih selektif atau mengurangi beli oleh-oleh," kata Kepala Dinas Pariwisata Padang Medi Iswandi di Padang, Kamis, 7 Februari 2019.
Menurutnya, dibandingkan periode yang sama dengan 2018 terjadi penurunan 10 sampai 30 persen penjualan oleh-oleh di Padang.
Tidak hanya berdampak bagi penjualan oleh-oleh, kebijakan bagasi berbayar juga mempengaruhi tingkat hunian hotel di Padang. "Rata-rata hotel huniannya juga turun hingga 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata dia.
Bahkan, lanjut dia, dengan kondisi ini membuat hotel bintang empat dan bintang tiga menurunkan harga setara bintang dua sehingga akhirnya hotel bintang kehilangan tamu.
Ia menyampaikan jasa pengiriman juga berdampak karena maskapai juga menaikkan tarif kargo udara.
Sementara itu, salah satu pusat penjualan oleh-oleh di Lubuk Buaya Padang terpantau lebih sepi dari biasanya.
Menurut seorang kasir Vera, terjadi penurunan omzet hingga 30 persen per hari. "Jika sehari biasanya penjualan hingga Rp10 juta sekarang hanya berkisar Rp7 juta sejak diterapkan kebijakan bagasi berbayar," kata dia.
Warga Padang, Abdul, yang secara rutin berkunjung ke Jakarta menggunakan maskapai udara, mengaku selektif membawa barang karena kebijakan bagasi berbayar.
"Biasanya selain membawa koper juga oleh-oleh satu kardus, sekarang untuk sementara oleh-oleh ditiadakan dulu karena biayanya lebih mahal dari harga belinya," kata dia.
Sebelumnya Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno kembali menyurati sejumlah maskapai terkait kebijakan bagasi berbayar yang dinilai bisa mematikan UMKM di daerah. "UMKM yang berjualan oleh-oleh sangat bergantung pada wisatawan yang datang. Kebijakan itu dikhawatirkan membuat wisatawan enggan belanja hingga UMKM mati," katanya .
ANTARA