TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Faisal Basri meminta Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU untuk memastikan ada tidaknya kolusi antar maskapai di balik melambungnya harga tiket pesawat beberapa waktu ke belakang. "Ini kan aneh ya, mereka menaikkan dan menurunkan harga sama-sama," ujar Faisal di Kinanti Building, Jakarta, Selasa, 15 Januari 2019.
Baca: Faisal Basri Kritik Impor Gula Meroket, Ini Reaksi Menteri Luhut
Baca Juga:
Apalagi secara rekam jejak, kata Faisal Basri, KPPU pernah menjatuhkan hukuman kepada sembilan maskapai penerbangan pada 2010 lalu. "Presedennya ada," tutur dia. Kala itu sembilan maskapai tersebut mesti membayar denda dan ganti rugi senilai total Rp 700 miliar setelah terbukti melakukan kartel penetapan harga fuel surcharge sejak 2006 hingga 2009.
Di samping itu, Faisal Basri melihat secara tidak langsung bisnis maskapai di dalam negeri secara tidak langsung memang semakin mengerucut kepada oligopoli, setelah Garuda Indonesia belakangan mengambil alih operasional NAM Air dan Sriwijaya Air. "Bisa ditanyakan juga dari sisi dimensi persaingan seperti apa."
Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu di mana bisnis penerbangan masih diramaikan oleh banyak pemain seperti Merpati, Sempati, hingga Batavia Air, Faisal Basri mengatakan pelaku usaha penerbangan di Indonesia semakin mengerucut. Bahkan, apabila dilihat berdasarkan rute penerbangan, variasi maskapai yang bisa dipilih konsumen semakin sedikit.
Persoalan oligopoli ini juga menurut Faisal Basri bisa menjadi salah satu penyebab meroketnya harga tiket pesawat. Ia mengambil contoh apabila mau terbang dari Batam ke Jakarta, penumpang akan lebih murah bila menyeberang dulu ke Singapura. "Dari Singapura pilihannya banyak sekali, kalau di Indonesia sedikit," kata dia. "Kuncinya adalah memperbanyak pelaku."
Senada dengan Faisal Basri, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan KPPU harus menindaklanjuti fenomena naik turun harga tiket pesawat belakangan ini. "Jangan-jangan ada oligopoli atau kartel? Kemarin mereka jumpa pers mau menurunkan harga bareng-bareng, jangan-jangan ada kesepakatan jahat," kata dia.
Baca: Ekonom Faisal Basri Prediksi Inflasi 2019 Capai 5 Persen
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara alias Ari Askhara membantah tuduhan itu. Ia mengatakan perusahaannya mesti mematok tinggi tarif penerbangan untuk menyehatkan keuangan perusahaan. Kondisi serupa, menurut dia dirasakan oleh maskapai lainnya. "Jadi naik juga sama-sama karena Garuda naik, bukan sepakat. Kalau sepakat, harganya bisa sama dong."
Simak berita lainnya terkait Faisal Basri di Tempo.co.