TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut perekonomian Indonesia bergerak ke arah positif seiring dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur untuk menekan biaya logistik.
Baca: CEO Brodo Curhat Mahalnya Ongkos Logistik di RI Hambat Ekspansi
Pasalnya, Darmin menyebut sejak terjadinya krisis Asia pada tahun 1998-1999, Indonesia tidak lagi membangun infrastruktur secara berarti. Sehingga, kondisi itu menjadi kendala untuk mendorong investasi masuk ke Indonesia, termasuk kendala dalam mengembangkan produksi dan logistik.
"Kita tahu mengangkut barang dari Tanjung Priok ke Sulawesi, apalagi Papua, lebih mahal daripada ke Eropa," ujar Darmin di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa, 8 Januari 2019.
Setelah infrastruktur itu mulai terbangun, Darmin mengatakan kondisi perekonomian mulai bergerak ke arah positif. Misalnya saja angka pengangguran dan kemiskinan yang turun. Belum lagi rasio gini yang semakin kecil. "Meski impor masih tetap ada, tapi harga bisa kami kendalikan," ujar Darmin.
Darmin mengatakan pembangunan infrastruktur bukan titik akhir program pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Ia mengatakan infrastruktur menjadi pintu masuk untuk mendorong masuknya investasi ke dalam negeri dan menjadi basis peningkatan kapasitas industri. "Kalau enggak membangun, investor bakal menganggap itu percuma."
Upaya itu, menurut bekas Gubernur Bank Indonesia itu mulai membuahkan hasil dengan adanya kontribusi pembentukan modal dalam Produk Domestik Bruto 2018. "Pembentukan modal bergerak ke 7 persen, setelah sebelumnya lebih rendah," kata Darmin. "Jadi selain konsumsi rumah tangga, pembentukan modal juga mendukung."
Baca: Buwas: Pramuka Bantu Distribusi Logistik Bulog ke Daerah Bencana
Walau demikian, Darmin tidak memungkiri bahwa belum semua keluhan masyarakat terkait perekonomian bisa terjawab dalam lima tahun pemerintahan Jokowi ini. "Bahwa belum semua terjawab, iya, ini kita warisi jangka panjang, penyelesaiannya tidak bisa jangka pendek."
Simak berita lainnya terkait logistik hanya di Tempo.co.