Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jaga Inflasi dan Rupiah, BI: Moneter di 2019 akan Pro Stabilitas

image-gnews
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa, 27 November 2018. ANTARA/Puspa Perwitasari
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa, 27 November 2018. ANTARA/Puspa Perwitasari
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo menyatakan pihaknya pada tahun ini bakal tetap mengarahkan kebijakan moneter untuk lebih pro stabilitas demi menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah.

Baca: Alasan BI Tak Naikkan Suku Bunga Acuan Seperti The Fed

Empat instrumen lain yakni makroprudensial, pedalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi dan keuangan syariah, kata Perry, akan disetir untuk lebih pro pertumbuhan yang akomodatif.

"Kebijakan yang preemptive dan ahead the curve akan tetap kita tempuh, dan kebijakan moneternya pro-stability, namun pada kesempatan yang sama kebijakan lain, makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah itu akan pro-growth," ucap Perry, Rabu, 2 Januari 2019.

Di sektor makroprudensial, kata Perry, BI akan mengkaji instrumen baru untuk fokus mendorong sektor pariwisata, ekspor dan UMKM. Selain itu, BI akan mendorong perbankan Tanah Air untuk menyalurkan wholesale funding selain retail funding. "Demikian juga pembiayaan, tidak hanya kredit. Tetapi juga pembiayaan obligasi dari korporasi," ucapnya. 

Arah kebijakan bank sentral yang tampak lebih fokus ke arah pro stabilitas dan pro pertumbuhan didasari oleh faktor pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih baik pada 2019. 

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi mengarah kepada titik tengah 5,2 persen dari kisaran sasaran 5-5,4 persen pada tahun ini. Secara keseluruhan lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan tahun 2018 yang diperkirakan BI akan berada di kisaran 5,1 persen. "Yang perlu ditegaskan pertumbuhan ekonomi berasal dari sumber pertumbuhan ekonomi domestik yang cukup kuat baik dari konsumsi maupun investasi," kata Perry. 

Pertumbuhan konsumsi diyakini masih bisa mencapai 5,2 persen didorong oleh dampak Pemilu 2019, sementara investasi bisa tumbuh sekitar 7 persen. Sayangnya, BI masih melihat adanya permasalahan net eksternal demand atau posisi ekspor yang dikurangi impor yang kemungkinan masih negatif pada 2019.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kendati demikian, Perry meyakini defisit transaksi berjalan akan turun dibandingkan tahun lalu.  "Tahun 2019 sekitar 2,5 persen terhadap PDB," katanya. Turunnya defisit transaksi berjalan tersebut akan mempengaruhi neraca pembayaran yang diperkirakan berbalik surplus pada 2019. 

Seperti diketahui, neraca pembayaran pada 2018 diperkirakan akan mengalami defisit. Defisit ini tidak dapat dihindari meskipun neraca pembayaran berbalik surplus pada kuartal IV/2018 sebesar US$ 4 miliar.  Untuk inflasi, BI memperkirakan tahun depan inflasi akan mencapai 3,5 persen pada tahun ini atau tepatnya berada di titik tengah dari kisaran sasaran 3,5 persen plus minus 1 persen. 

Lebih lanjut, pertumbuhan kredit pada 2019 akan tumbuh di kisaran 10-12 persen. Sementara itu, dana pihak ketiga diperkirakan tumbuh sebesar 8-10 persen. Melihat pertumbuhan permintaan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), Perry menegaskan BI akan berkomitmen untuk tetap menjaga likuiditas. "Akan kami jaga sehingga cukup bagi perbankan untuk menyalurkan kredit," katanya. 

Baca: BI: Industri Halal RI Tertinggal dari Negara Mayoritas Non Muslim

Terkait nilai tukar, BI optimistis pergerakan nilai tukar rupiah pada tahun ini akan lebih baik dan cenderung menguat dari tahun lalu. Faktor pendukung penguatan rupiah tersebut antara lain adalah kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang memang lebih rendah dari perkiraan awal, kredibilitas kebijakan yang ditempuh oleh BI dan pemerintah, defisit transaksi berjalan yang lebih rendah, dan mekanisme pasar uang yang semakin berkembang dalam negeri, baik di pasar spot dan swap, dan NDF. 

BISNIS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

13 jam lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images
Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.


Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

16 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan keterangan kepada media hasil Kinerja dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 2 Januari 2024. Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara penerimaan negara ditutup pada angka Rp2.774,3 triliun atau 105,2 persen dari target, yang terdiri dari perpajakan Rp2.155,4 triliun dan PNBP Rp605,9 triliun dan hibah Rp13 triliun. Tempo/Tony Hartawan
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.


Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

20 jam lalu

Dua anak tengah sibuk melihat telepon genggam melintas di area perumahan bersubsisdi dikawasan Celengsi, Bogor, Jawa Barat, Sabtu 17 Februari 2024. Seperti diketahui, secara total, KPR BTN tumbuh 10,4 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp257,92 triliun pada tahun 2023.  TEMPO/Tony Hartawan
Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.


Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

20 jam lalu

Sebuah truk melintas di antara peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 18 Agustus 2023. Pemerintah merencanakan pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp2.307,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp473,0 triliun, serta hibah sebesar Rp0,4 triliun. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.


Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

21 jam lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.


Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

1 hari lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images
Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.


Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Rupiah ditutup melemah mendekati level Rp16.000 hari ini. TEMPO/Tony Hartawan
Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.


Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

1 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ke tiga kiri) bersama Senior Deputi BI Destry Damayanti (ketiga kanan) dan jajaran Deputi BI (kiri-kanan) Aida S. Budiman, Doni Primanto Joewono, Juda Agung dan Filianingsih Hendarta saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di gedung BI, Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2023. Suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) naik menjadi 6 persen. Tempo/Tony Hartawan
Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.


IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

Pengunjung melihat layar pergerakan Index Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG ambruk 2,15% ke posisi 7.130,27. Selang 12 menit setelah dibuka, IHSG berhasil memangkas koreksinya sedikit menjadi anjlok 2,06% menjadi 7.136,796. TEMPO/Tony Hartawan
IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.


Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

1 hari lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.