TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia diperkirakan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dalam Rapat Dewan Gubernur yang hasilnya diumumkan pada hari ini, Kamis, 20 Desember 2018. Hal tersebut menyusul kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir kemarin.
Baca: The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin
"Kalau The Fed menaikkan suku bunga, BI kemungkinan besar juga akan menaikkan suku bunga, guna menjaga interest rate differential," ujar Direktur Riset Center of Reform in Ekonomy (Core) Piter Abdullah kepada Tempo, Kamis, 20 Desember 2018.
Piter yakin BI bakal menaikkan suku bunga-nya. Sebab, menurut dia, BI pasti tidak mau mengambil risiko keluarnya modal asing yang berimbas tekanan kepada rupiah.
Senada dengan Piter, Kepala Riset Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menuturkan BI bakal menaikkan suku bunga acuannya menjadi 6,25 persen dengan pertimbangan naiknya suku bunga The Fed dan defisit neraca perdagangan yang melebar. Badan Pusat Statistik sebelumnya mengumumkan defisit neraca perdagangan melebar menjadi US$ 2,05 miliar pada November lalu.
Baca Juga:
"Pada RDG November lalu, BI juga menaikkan suku bunganya dengan pertimbangan defisit neraca perdagangan yang cukup besar, yaitu US$ 1,8 miliar," ujar Lana.
Adapun Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan BI akan menahan bunga di level 6 persen lantaran sudah melakukan preemtive dengan menaikkan suku bunga sebelum Fed Rate naik. "Jadi pelaku pasar pun sudah price in soal kenaikan suku bunga The Fed," katanya.
Belum lagi, kata Bhima, sinyal The Fed yang akan dovish di 2019, yaitu dengan hanya menaikkan suku bunga dua kali akan menempatkan rupiah pada posisi menguat. Dengan demikian, BI dinilai belum perlu menaikkan bunga.
Baca: 2019, Tren Suku Bunga Naik Belum Berpengaruh ke Properti Karena..
"Lebih baik gunakan cadangan devisa untuk stabilisasi kurs jangka pendek. Lagipula posisi cadangan devisa naik menjadi US$ 117 miliar di November," ujar Bhima. Ia menyebut adanya risiko blunder terhadap ekonomi apabila BI terlalu agresif menaikkan suku bunga.