TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menantang mahasiswa untuk mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bentuk unggahan di sosial media. Sebab, apabila bila hanya menjadi buku atau prosiding, nantinya hasil penelitian itu hanya akan mengendap di perpustakaan kampus dan minim dibaca.
Baca: Tahun Pemilu, Sri Mulyani Sebut Banyak Politikus Janjikan Belanja
"Bisa enggak diterjemahkan dalam bentuk post di Instagram, Facebook Page, atau status twitter," ujar Sri Mulyani di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan, Ahad, 18 November 2018.
Memang, menurut dia, tantangan itu tampak membingungkan lantaran biasanya hasil penelitian bisa berjumlah ratusan halaman. Namun apabila tidak dikemas dalam media sosial, maka penyebaran penelitian itu akan terbatas.
Sri Mulyani berujar pengemasan hasil penelitian dalam bentuk unggahan di sosial media bakal membuat para anak muda mau membacanya. Pasalnya, ketimbang membaca buku, millenials lebih senang membaca di gawainya masing-masing.
"Kalian kan millenial yang kreatif, jadi hasil pemikiran dan perdebatan harus disebarluaskan," kata Sri Mulyani. Malahan dengan itu, ia berharap mahasiswa bisa menjernihkan media sosial yang acapkali dikeruhkan oleh kabar-kabar yang kurang bisa dipercaya kebenarannya, bahkan kabar bohong alias hoaks. "Anda bisa bertempur dengan hoakser itu, jadilah mata air yang menjernihkan," ujar Sri Mulyani. "Debat boleh, tapi berdasarkan apa yang anda lakukan, jadi terjemahkan apa yang anda lakukan dan komunikasikan secara efektif."
Di samping itu, Sri Mulyani mendukung program perguruan tinggi untuk masuk dan melakukan pengabdian masyarakat di desa. Dengan demikian, selain bisa memahami persoalan yang ada, mahasiswa nantinya bisa memberi solusi bagi pembangunan di Indonesia. Ia berharap mentalitas itu juga bertahan tatkala para lulusan STAN menjadi pengambil kebijakan di pemerintahan.
Saat ini, kata Sri Mulyani, ada 75 ribu desa yang bisa dimasuki oleh perguruan tinggi guna melakukan penelitian. Dari jumlah tersebut, masih banyak desa dengan kategori tertinggal. "Itu lahan ibadah dan amal yang tidak habis-habis, janga hanya datang ke desa yang populer."
Di desa, perguruan tinggi dapat meneliti berbagai macam hal. Dari temuan di sana, mahasiswa bisa mendapatkan statistik yang apabila diolah dapat menjadi sebuah data atau bukti. Nantinya data itu bisa diolah menjadi usulan kebijakan-kebijakan anyar.
Perguruan tinggi, ujar Sri Mulyani, mesti mampu mengisi slot-slot yang kosong dalam persoalan di masyarakat secara penuh, misalnya soal retorika, anggaran, sistem penerapan, hingga metode penyampaiannya. "Saya tantang BEM (badan eksekutif mahasiswa), ayo kita pikirin," ujar Sri Mulyani. "Jangan ke desa cuma bikin laporan tapi tidak membuat analisis."