TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta pelaku pasar tidak wait and see pada tahun politik 2019. Alasannya Indonesia kini sudah dewasa dalam berdemokrasi.
Baca: Sri Mulyani Yakin Perbankan Kuat Meski Rupiah Tembus 15.000
Selain itu, Sri Mulyani melihat partai politik dan para kandidat presiden dan wakil presiden yang berlaga dalam pemilihan umum tahun depan juga sangat mendukung ekonomi dan bisnis. "Jadi jangan wait and see karena tidak relevan," ujar dia di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu, 3 Oktober 2018. Sebaliknya, ia akan berkomunikasi dengan para pengusaha agar memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya.
Menurut Sri Mulyani, dirinya pernah mengatakan demokrasi dan demokrasi di berbagai belahan dunia memang patut dikhawatirkan. Contohnya Italia yang memilih pemerintahan baru yang sangat populis. "Debt to GDP mereka sudah 110 persen, tapi mereka masih mau defisit di atas 2,5 persen dari APBN-nya," ujar Sri Mulyani.
Namun, untuk Indonesia, ia menegaskan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sangat hati-hati. Buktinya, dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto yang 30 persen, pemerintah masih berencana menurunkan defisit APBN dari 2,18 persen menjadi 1,8 persen pada 2019.
Belum lagi hampir seluruh partai dan elite politik di Indonesia, baik koalisi maupun oposisi pemerintah, memasang posisi hawkish terhadap kebijakan utang. "Di negara lain orang lebih suka ngomong populis saja, enggak ngomong utang. Tapi di Indonesia bicaranya utang terus."
Kondisi tersebut, menurut dia, semestinya menjadi informasi baik bagi para investor. Sebab itu artinya Indonesia bisa mengkoreksi dirinya sendiri. Sehingga harapannya itu juga berdampak kepada daya tahan perekonomian dalam negeri yang jauh lebih kuat. "Artinya Indonesia is not going to be in the hand of anybody," kata Sri Mulyani.
Di samping itu, Sri Mulyani mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup kuat dan diproyeksikan bisa mencapai 5,2-5,3 persen sepanjang tahun ini. Bukan hanya pertumbuhan ekonomi, dari segi struktural pun kondisi Indonesia cukup baik.
"Pengangguran 5,13 persen, ini terendah dalam dua dekade, kemiskinan juga di 9,8 persen, serta inflasi terjaga di 2,88 persen pada September 2018," ujar Sri Mulyani.