TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mengatakan prihatin terhadap nilai tukar rupiah yang tembus Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat hari ini. Sandiaga berharap rupiah yang tembus Rp 15.000 itu tidak membuat membuat harga bahan pokok meningkat.
Baca: Diminta Fokus Kerja, 4 Gubernur Dukung Prabowo - Sandiaga
"Keprihatinan kami juga dan kami berharap ini tidak berujung terhadap kenaikan harga-harga bahan pokok, karena sekarang sudah terbukti lagi bahwa rapuh ekonomi kita," kata Sandiaga Uno dalam diskusi di Warunk Upnormal Fatmawati, Selasa, 2 Oktober 2018.
Sandiaga mengatakan dia dan calon presiden Prabowo Subianto akan terus melakukan langkah-langkah penyiapan platform yang dapat untuk memperkuat ekonomi.
"Sehingga keadaan ekonomi eksternal dan internal ini tidak mengakibatkan harga-harga bahan pokok meningkat," ujar Sandiaga.
Namun, Sandiaga tidak menjelaskan lebih rinci mengenai platform yang dimaksud.
Hari ini nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS hingga menyentuh 15.000 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi di tengah-tengah kian buruknya sentimen pada aset negara berkembang dilihat dari defisit transaksi berjalan yang kian melebar.
Pergerakan kurs rupiah pada Selasa, 2 Oktober 2018 sempat menyentuh Rp15.009 per dolar AS dan kembali ke Rp 14.997 per dolar AS, melemah 86,5 poin atau 0,58 persen. Posisi tersebut menjadi yang terlemah sejak krisis keuangan di Asia pada Juli 1998 silam.
Rupiah melemah hingga lebih dari 9 persen terhadap dolar AS sepanjang 2018. Sementara itu, indeks dolar AS masih mengalami penguatan tipis 0,02 persen di posisi 95,31. Adapun defisit transaksi Indonesia diperkirakan melebar menjadi 2,6 persen.
Ahli strategi pasar IG Asia Pte di Singapura Jingyi Pan mengatakan bahwa pelemahan rupiah merupakan akibat dari sentimen buruk di seputar emerging market dan kerentanan dari kondisi domestik di Indonesia sendiri.
Mata uang Garuda melorot meskipun Bank Indonesia (BI) sudah melakukan intervensi di pasar finansial dan meningkatkan suku bunga hingga lima kali sejak Mei untuk menurunkan aksi jual. Sentimen pada rupiah sebagai aset kian memburuk karena defisit transaksi berjalan Indonesia yang terus melebar membuat Indonesia dinilai lebih rentan pada kekacauan finansial global seperti yang sebelumnya sudah terjadi di Turki dan Argentina.
Analis PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra mengungkapkan bahwa rupiah melemah saat ini akibat sentimen domestik. Selain perang dagang, AS yang sudah kembali melakukan kesepakatan dagang dengan Kanada dan Meksiko membuat dolar AS kembali bergerak positif.
“Kemarin meningkatkan suku bunga itu lebih untuk mengimbangi kenaikan suku bunga dari AS, bukan sebagai intervensi. Pemerintah mungkin bisa mencoba mengendalikan defisit transaksi berjalan untuk membantu menopang rupiah,” ujarnya, Selasa, 2 Oktober 2018.
Simak berita tentang Sandiaga hanya di Tempo.co
HENDARTYO HANGGI | BISNIS.COM