TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah berkomitmen untuk terus mengembangkan infrastruktur transportasi publik berbasis rel di seluruh kota besar di Indonesia. Upaya ini dilakukan seiring dengan meningkatkan populasi urban atau masyarakat yang hidup di perkotaan setiap tahun.
BACA: Dampak Langsung Rapat IMF - World Bank Bisa Capai Rp 5,9 Triliun
Pada 2012 saja, kata dia, 52 persen dari populasi nasional Indonesia hidup di perkotaan. "Sementara tahun 2030 nanti akan mencapai 71 persen," kata dia dalam acara Deloitte Indonesia Infrastructure CEO Forum 2018 di Grand Hyatt Hotel, Jakarta Pusat, Kamis, 20 September 2018.
Bambang menuturkan, Indonesia memang harus berpikir untuk berhenti membangun jalan tol, terutama yang berada di dalam kota. "Makanya kami ke depan akan lebih memilih infrastruktur berbasis rel ketimbang jalan," ujarnya. Pilihan transportasi rel ini juga bertujuan menekan tingkat polusi di kota besar akibat banyaknya kendaraan pribadi.
Ia mencontohkan bagaimana kota besar seperti Jakarta memiliki banyak sub-center di dalamnya, namun tidak terkoneksi dengan baik oleh transportasi publik. Walhasil, pergerakan orang lagi-lagi menggunakan kendaraan pribadi lewat jalan.
BACA: Bappenas Yakin Ekonomi Tumbuh 5,2 Persen Meski Rupiah Tertekan
Di Jakarta, sejumlah infrastruktur berbasis rel sebenarnya sudah mulai dibangun. Mulai dari Light Rail Transit atau LRT Kelapa Gading - Velodrome, hingga LRT Cawang - Dukuh Atas. Lalu yang paling anyar yaitu Mass Rapid Transit atau MRT Lebak Bulus - Bundaran Hotel Indonesia yang akan beroperasi segera pada Maret 2019.
Menurut Bambang, pembangunan infrastruktur transportasi pun tidak hanya akan melibatkan pemerintah, namun juga swasta. Skemanya, kata dia, infrastruktur dasar seperti rel pada kereta api bisa saja dibangun menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Lalu pihak swasta akan lebih diarahkan untuk terlibat dalam sektor operasional dam perawatan.
Bagaimana cara menarik minat swasta untuk terlibat? Bambang Brodjonegoro menyebut salah satu proyek infrastruktur swasta yang profitable dilakukan pada MRT Hongkong. Di sana, kata dia, pengembang MRT meraup keuntungan bukanlah dari tiket, tapi justru dari pengembang properti yang ada di kawasan TOD atau Transit Oriented Development MRT mereka. "Jadi intuisi property business harus sejalan dengan transportation business, ini bakalan meningkatkan pembiayaan publik."