TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pembangunan dan Perencanaan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit akan berada di bawah 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto pada akhir tahun.
Baca: Bappenas Pesimistis Pertumbuhan Ekonomi 5,27 Persen Tercapai
"Kami masih susah melihat angka pastinya, tapi yang paling penting diupayakan di bawah 3 persen," kata Bambang saat ditemui dalam acara Pentas Olah Raga dan Seni (PORSENI) 2018, yang melibatkan keluarga pegawai Kementerian PPN/Bappenas di Kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Sabtu, 15 September 2018.
Bambang mengatakan defisit transaksi berjalan yang paling besar disumbang dari defisit neraca perdagangan khususnya minyak dan gas. Menurut Bambang pemerintah harus mengupayakan agar impor migas tidak sebesar saat ini, salah satunya dengan penerapan penggunaan bahan bakar minyak dengan campuran biodiesel 20 persen atau B20 untuk public service obligation atau PSO dan non PSO berlangsung.
"Paling tidak impor minyak diesel bisa dikurangi dengan campuran B20 tersebut," kata Bambang.
Lebih lanjut Bambang mengatakan pembatasan impor barang-barang konsumsi yang dilakukan juga akan menekan defisit transaksi berjalan.
"Tentunya harus ada hitungannya, tapi mudah-mudahan sampai akhir tahun ini akan bisa menjaga defisit transaksi berjalan di bawah 3 persen," ujar Bambang.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yakin defisit transaksi berjalan atau CAD bisa menurun menjadi minus 2,5 persen pada tahun ini. Sedangkan pada tahun depan Perry memprediksi CAD akan menjadi minus 2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Ke depan kami perkirakan untuk tahun 2019 kami perkirakan defisit transaksi berjalan itu akan turun. Kami perkirakan untuk 2018 ini defisit transaksi berjalan kurang lebih sekitar 2,5 persen PDB, tahun depan kami perkirakan turun menjadi 2 persen," kata Perry di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu, 5 September 2018.
Perry menyampaikan beberapa langkah konkret yang dilakukan pemerintah antara lain dengan penerapan penggunaan bahan bakar minyak dengan campuran biodiesel 20 persen atau B20 untuk public service obligation atau PSO dan non PSO.
Menurut Perry penerapan B20 bisa mengurangi kebutuhan impor sekitar US$ 2,2 miliar tahun ini atau sekitar US$ 6,6 miliar. Penerapan B20, kata Perry juga bisa menaikkan ekspor kelapa sawit sebesar US$ 5 miliar.
Simak berita tentang Bappenas hanya di Tempo.co