TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak variatif cenderung menguat hari ini. Nafan memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.800 - Rp 14.860 per dolar AS.
Baca: Ditanya Solusi Melemahnya Rupiah, Sandiaga Uno: Akan Kami Bahas
"Dari perspektif teknikal terlihat pola downward bar pada USDIDR Daily chart yang mengindikasikan adanya potensi apresiasi bagi rupiah terhadap dolar AS," kata Nafan saat dihubungi, Senin, 10 September 2018.
Dari perspektif fundamental, kata Nafan penerapan kebijakan fiskal dan moneter oleh pihak pemerintah dan Bank Indonesia seperti menaikkan PPh impor, program B20, intervensi moneter, serta penerapan kenaikan suku bunga pada sebelumnya, diharapkan mampu menjaga stabilitas rupiah.
"Adapun data makroekonomi domestik yang perlu dicermati adalah data neraca perdagangan yang diproyeksikan mengalami surplus sebesar US$ 680 juta, karena membaiknya harga komoditas dunia," kata Nafan.
Nafan mengatakan surplus neraca perdagangan akan memberikan sentimen positif bagi rupiah. Di sisi lain, kata Nafan, sentimen perang dagang, krisis finansial Turki, Venezuela maupun Argentina serta kenaikan suku bunga The Fed perlu dicermati oleh para pelaku pasar.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 14.884 pada Jumat, 7 September 2018. Angka tersebut menunjukkan penguatan 7 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 14.891 pada penutupan Kamis, 6 September 2018. Sedangkan pada 6 September 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 14.958 dan kurs beli Rp 14.810.
Baca: Kena Dampak Rupiah Loyo, Pengrajin Tempe Bekasi Kurangi Produksi
Sedangkan analis Panin Sekuritas William Hartanto memprediksi kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.800 - Rp 15.000 per dolar AS. "Perang dagang AS - Cina memanas lagi, itu saja sentimennya," kata William.