TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia tak henti melakukan upaya stabilisasi rupiah. Satu per satu langkah diupayakan agar pelemahan tak semakin dalam,begitu juga dampaknya tak semakin melebar. Berikut ini petikan wawancara Tempo dengan Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo melalui pesan singkat :
Baca: Rupiah Anjlok, Ketua OJK Pastikan Kondisi Perbankan Aman
Salah satu kekhawatiran terbesar terhadap pelemahan rupiah adalah dampaknya terhadap inflasi, apakah BI sudah mewaspadainya?
Depresiasi nilai tukar belum memberikan tekanan signifikan ke inflasi seiring confidence pelaku pasar terhadap upaya BI untuk tetap berada di pasar, menjaga stabilitas nilai tukar sesuai fundamental. Hal itu tercermin juga dalam rilis lembaga rating Fitch kemarin yang mengafirmasi Indonesia tetap berada dalam investment grade.
Apa langkah-langkah stabilisasi yang sudah diupayakan BI?
Kami terus melanjutkan langkah – langkah stabilisasi nilai tukar yang sebagaimana dilakukan selama ini melalui kombinasi intervensi ganda di pasar valas dan pasar obligasi, kenaikan suku bunga, dan gradual depresiasi rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya. BI juga membuka lelang forex swap bagi perbankan untuk membantu mengurangi tekanan kepada rupiah.
Mengapa defisit neraca transaksi berjalan (CAD) meningkat?
Peningkatan CAD di triwulan dua ini memang tidak terhindari, menimbang terkait dengan investasi infrastruktur pemerintah terus berjalan sesuai rencana, yang kemudian mendorong impor khususnya barang modal meningkat. Kemudian harga minyak dunia yang meningkat, ini memberikan konsekuensi meningkatnya nilai impor migas. Namun, juga harus dicatat bahwa ekspor non migas tetap tumbuh baik, meskipun masih kalah cepat dari pertumbuhan impor. Bagi BI defisit ini dipandang berkualitas atau good deficit, karena diperlukan untuk menjaga pertumbuhan.
Solusi untuk menekan CAD?
Sudah ada komitmen dari Presiden agar pemerintah bersama Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugas yang ada selama ini untuk mendorong promosi ekspor dan juga mempercepat substitusi impor. Termasuk juga mendorong sektor pariwisata sebagai quick win effort penghasil devisa. Kami juga memproyeksikan CAD hingga akhir 2018 akan tetap terjaga dalam batas aman di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).