TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meminta masyarakat tidak meragukan keampuhan beragam kebijakan ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang dikeluarkan di tengah pelemahan rupiah saat ini. Menurut dia, kondisi ekonomi Indonesia masih baik.
Baca juga: Jokowi Kembali Panggil Menteri Ekonomi ke Istana Pagi Ini
"Jangan kemudian (bertanya) apa kebijakan itu masih efektif. Itu kan bencana banget pandangannya," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 4 September 2018.
Darmin menuturkan meski saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai Rp 14 ribu, atau sama saat krisis moneter 1998, namun kondisinya berbeda. Pada 20 tahun lalu, kata dia, dolar naik drastis dari Rp 2.800 ke Rp 14 ribu. Sedangkan saat ini hanya naik dari Rp 13 ribu.
Ia heran saat melihat artikel di media internasional yang menyebut rupiah mencapai angka terendah sejak 1998. "Eh, persoalan tahun 1998 itu (naik) enam kali lipat," kata dia.
Darmin meyakinkan fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Kelemahan yang ada saat ini hanyalah defisit transasksi berjalan sekitar 3 persen. Angka ini, kata dia, masih lebih baik ketimbang negara lain seperti Brasil, Turki, dan Argentina.
"Coba yang lain, inflasi di Argentina berapa? Sekarang 30 persenan, setahun yang lalu 60 persen. Kita gimana? Malah deflasi. Pertumbuhan oke, kita 5 koma persen," tuturnya.
Ia menuturkan meski Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan, hal ini merupakan penyakit lama yang berlangsung sejak 40 tahun lalu.
"Memang ini agak besar tapi enggak setinggi 2014, 1994-1995, tidak setinggi 1984. Tolong membacanya, membandingkannya yang fair," tutur Darmin Nasution usai bertemu Jokowi.