TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono mengatakan rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan rumah warga pasca gempa Lombok, akan rampung dalam kurun waktu enam bulan. “Sedangkan untuk fasilitas publik akan diselesaikan pada akhir 2019,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Senin, 3 September 2018.
BACA: Jokowi Minta Warga NTB Bangun Rumah Tahan Gempa
Basuki berujar untuk pembangunan rumah warga, akan dilakukan secara swakelola, bergotong royong antara warga dan didampingi oleh fasilitator juga relawan dari Kementerian PUPR. Untuk pembangunan fasilitas umum, Basuki berujar, akan dikerjakan oleh BUMN yang bekerjasama dengan kontraktor lokal.
Berdasarkan data yang dihimpun, ada tiga kategori rumah warga yang rusak, yaitu 11.392 rusak ringan, 3.556 rusak sedang, 17.769 rusak berat. “Saat ini juga sedang dilakukan mobilisasi penempatan fasilitator dan pelatihan fasilitator untuk pembuatan rumah RISHA di 20 lokasi untuk percontohan bagi masyarakat,” tutur Basuki.
Basuki mengunjungi Lombok bersama Presiden Joko Widodo, dalam kunjungannya dia menjelaskan Indonesia berada di wilayah cincin api, sehingga rawan terhadap gempa. Karena itu, Jokowi meminta masyarakat, terutama warga Lombok, untuk belajar dari pengalaman dan membangun bangunan tahan gempa.
BACA: Pos Indonesia Terima 3.000 Ton Bantuan untuk Korban Gempa Lombok
Proses rehabilitasi bangunan tersebut, kata Jokowi akan terus dia pantau lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. “Saya akan terus cek dan kontrol pembangunan rumah-rumah yang rusak,” ujar Jokowi.
Fokus pembangunan dalam rehabilitasi ini, kata Jokowi, ialah fasilitas umum, agar aktivitas masyarakat dapat berjalan normal. Dari 12 jembatan yang sedang diperbaiki, Jokowi mengatakan 10 jembatan sudah selesai. Antara lain di Kali Padet, Panggung, Lokok Koangan, Sapit II, Embar-Embar, Sokong A, Lempenge I, Luk I, Sidutan dan Segundi.
Sebelumnya, Kepala Pusat Litbang Permukiman Balitbang Kementerian PUPR Arief Sabarudin memaparkan teknologi RISHA menggunakan panel knock down sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya, serta biaya lebih murah dibandingkan konstruksi rumah konvensional.
Arief Sabarudin mengatakan dengan jumlah rumah yang rusak cukup banyak dan kebutuhan proses rekonstruksi rumah yang cepat, maka produksi panel-panel beton RISHA akan dilakukan di workshop sehingga kualitas dan ukurannya bisa terstandardisasi. Panel beton tersebut kemudian akan disebar dan pemasangannya dilakukan oleh masyarakat dengan pendampingan dari Kementerian PUPR.
BACA: Rehab Rumah Korban Gempa Lombok, Kejar Tayang Sebelum Musim Hujan