Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

ADB Institute: Kenaikan Suku Bunga BI Tepat, Tapi Tak Cukup

image-gnews
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara (berbatik) memberikan paparan dalam seminar tentang perekonomian Indonesia di Asian Development Bank Institute di Tokyo, Jepang, Selasa, 21 Agustus 2018. Seminar dipandu oleh Dekan ADB Institute, Profesor Naoyuki Yoshino (duduk di bangku panelis). TEMPO/Tomi Aryanto
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara (berbatik) memberikan paparan dalam seminar tentang perekonomian Indonesia di Asian Development Bank Institute di Tokyo, Jepang, Selasa, 21 Agustus 2018. Seminar dipandu oleh Dekan ADB Institute, Profesor Naoyuki Yoshino (duduk di bangku panelis). TEMPO/Tomi Aryanto
Iklan

TEMPO.CO, Tokyo - Dekan Asian Development Bank (ADB) Institute, Naoyuki Yoshino, mengatakan Kebijakan Bank Indonesia merespons tekanan global dengan menaikkan suku bunga acuan sudah tepat dan diperlukan guna meredam gejolak pasar dan nilai tukar. Namun, katanya, kebijakan moneter saja tak akan cukup saat ini bagi Indonesia.

Baca: BI Naikkan Suku Bunga Jadi 5,5 Persen Karena 6 Alasan Ini

Yoshino mengatakan hal ini menanggapi paparan yang disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara dalam seminar di kantor ADB Institute di Tokyo, Selasa, 21 Agustus 2018. Menurut Yoshino, masalah ekonomi Indonesia dan Jepang tak sama dengan yang dihadapi Eropa atau Amerika Serikat, yang bisa diselesaikan dengan kebijakan moneter seperti menaikkan atau menurunkan suku bunga.

"Seperti Jepang yang menghadapi persoalan dengan populasi yang menua, masalah di Indonesia juga bersifat struktural. Karena itu diperlukan kebijakan yang juga lebih luas ketimbang sekadar resep moneter," kata Yoshino.

Baca: Perusahaan Multifinance Mulai Kerek Suku Bunga Kredit

Yoshino memberi gambaran ketika ia suatu kali bertanya kepada seorang pembicara dalam sebuah diskusi tentang masalah populasi di Jepang yang terancam menurun dan apa solusinya. "Jawabannya sungguh unik dan menarik. Dia bilang bank sentral bisa mencetak uang, tapi tak bisa mencetak bayi. "

Artinya, ia melanjutkan, tidak semua persoalan ekonomi bisa dipecahkan dengan kebijakan moneter, meskipun kebijakan itu benar. Ada banyak hal lain yang harus dilakukan pemerintah atau lembaga yang lain yang lebih bersifat struktural.

Dalam kasus Indonesia, hal lain itu di antaranya adalah perlunya pemerintah menaikkan simpanan domestik dan memanfaatkan pembiayaan domestik untuk mendanai pembangunan infrastruktur. "Bisa dari dana pensiun atau asuransi. Juga sangat penting mengamankan penerimaan negara dengan mencegah penghindaran pajak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di negara lain seperti Filipina, kata Yoshino, pemerintah menggunakan teknologi satelit untuk memantau keluar-masuk orang di restoran atau memantau lahan pertanian, sehingga hasil kegiatan ekonomi dan pajaknya bisa diperkirakan lebih akurat. "Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama pada usaha kecil-menengah yang selama ini tak membayar pajak dengan benar."

Yang juga penting, kata Profesor Yoshino, adalah membatasi subsidi sebagai kebijakan jangka pendek. Sebab hal ini akan merugikan dalam jangka panjang. Dia mencotohkan subsidi bahan bakar minyak yang membuat masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan pribadi ketimbang naik angkutan umum. "Hasilnya adalah kemacetan dan angkutan publik tak berkembang."

Pengembangan pembiayaan bagi usaha kecil dan para pengusaha pemula (start up) juga amat dibutuhkan untuk memacu inovasi dan pertumbuhan ekonomi. "Kami di Jepang 15 tahun lalu membuat program yang disebut 'hometown crowd funding' yang memberikan bantuan kepada pengusaha pemula dengan asistensi teknis dan pemasaran digital. Hal yang juga bisa dilakukan di Indonesia saat ini. Dan terakhir yang tak kalah penting adalah peningkatan kualitas pendidikan bagi rakyat. Edukasi berbasis Internet akan sangat membantu menjangkau seluruh rakyat."

Dalam presentasinya, Mirza Adityaswara memberikan gambaran terkini tentang perekonomian Indonesia dan respons kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia bersama pemerintah. "Kami punya komitmen untuk transparan dan terus berkomunikasi secara terbuka dengan pasar dan investor," katanya.

Hadir pula sebagai pembicara dalam seminar itu Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. "Tidak seperti beberapa negara lain yang kebijakannya bisa naik-turun drastis, Indonesia sangat disiplin mengelola anggaran dan kebijakan fiskal. Sejak 2003, undang-undang membatasi kami untuk tidak boleh defisit melebihi 3 persen dari produk domestik bruto. Dan sejak itu tak ada satu pemerintahan pun yang ingin melanggar aturan ini," kata Suahasil.

Seminar dihadiri para analis dan ekonom, serta pelaku ekonomi Jepang yang berinvestasi di Indonesia seperti Bank of Japan, Inpex, Tokio Marine Nichido Insurance, dan sebagainya. Ada pula beberapa mahasiswa Indonesia di Jepang dan perwakilan Kedutaan RI di Tokyo, serta ekonom Denni Puspa Purbasari dari Kantor Staf Presiden RI.

Simak berita menarik lainnya terkait suku bunga hanya di Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan keterangan kepada media hasil Kinerja dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 2 Januari 2024. Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara penerimaan negara ditutup pada angka Rp2.774,3 triliun atau 105,2 persen dari target, yang terdiri dari perpajakan Rp2.155,4 triliun dan PNBP Rp605,9 triliun dan hibah Rp13 triliun. Tempo/Tony Hartawan
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.


Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

11 jam lalu

Sebuah truk melintas di antara peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 18 Agustus 2023. Pemerintah merencanakan pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp2.307,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp473,0 triliun, serta hibah sebesar Rp0,4 triliun. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.


Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

12 jam lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.


Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

1 hari lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images
Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.


Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

1 hari lalu

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Rupiah ditutup melemah mendekati level Rp16.000 hari ini. TEMPO/Tony Hartawan
Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.


Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

1 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ke tiga kiri) bersama Senior Deputi BI Destry Damayanti (ketiga kanan) dan jajaran Deputi BI (kiri-kanan) Aida S. Budiman, Doni Primanto Joewono, Juda Agung dan Filianingsih Hendarta saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di gedung BI, Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2023. Suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) naik menjadi 6 persen. Tempo/Tony Hartawan
Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.


IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

1 hari lalu

Pengunjung melihat layar pergerakan Index Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG ambruk 2,15% ke posisi 7.130,27. Selang 12 menit setelah dibuka, IHSG berhasil memangkas koreksinya sedikit menjadi anjlok 2,06% menjadi 7.136,796. TEMPO/Tony Hartawan
IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.


Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

1 hari lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.


Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

1 hari lalu

Alipay Wallet. REUTERS
Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.


Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

1 hari lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.