TEMPO.CO, Surabaya - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kesempatan bersekolah bagi perempuan dan laki-laki di Indonesia sudah hampir setara. Hanya saja, kesenjangan mulai terjadi saat memasuki masa bekerja.
BACA: Sri Mulyani Ungkap Penyelundupan Miras dari Singapura
"Ketika memasuki dunia kerja terjadi penurunan hingga 50 persen bagi perempuan," ujar Sri Mulyani di Hotel Sheraton, Surabaya, Kamis, 2 Agustus 2018. Peran perempuan sebagai ibu dan istri ditengarai sebagai hambatan dalam meneruskan karir.
Hambatan lainnya, kata Sri Mulyani adalah adanya bias gender di berbagai bidang pekerjaan. Menurut data BPS tahun 2017, hanya 30 persen perempuan yang berkecimpung di bidang industri sains, teknologi dan matematika. "Penting bagi pemerintah mengurangi bias gender agar anak perempuan di Indonesia mampu menggapai mimpi di berbagai bidang," ujar Sri Mulyani lagi.Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyerahkan berkas tanggapan pemerintah kepada pimpinan sidang Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan usai Rapat Paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 31 Mei 2018. Rapat paripurna tersebut beragendakan mendengarkan tanggapam pemerintah atas pandangan Fraksi - Fraksi terkait dengan kerangka Ekonomi Makro dan Pokok - Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN tahun Anggaran 2019. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kesenjangan juga terjadi di sektor politik. Sri Mulyani mengambil contoh jumlah legislator wanita Indonesia yang jumlahnya hanya sekitar 17 persen. Walau pada masa pencalonan, jumlah wanita bisa mencapai 30 persen. Ia berujar wanita hampir bisa setara dengan laki-laki di bidang bisnis. "Jumlahnya hampir setengahnya, yaitu 46 persen," ujar Sri Mulyani.
BACA: Sri Mulyani Dorong Eksportir Bawa Devisa ke Dalam Negeri
Perkara lainnya, kata Sri Mulyani, masih rendahnya akses kesehatan terhadap kaum ibu. Selain itu, jumlah kematian saat melahirkan juga cukup tinggi.
Di sisi lain, Sri Mulyani meyakini pemberdayaan perempuan akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian. Berdasarkan proyeksi World Economic Forum Report 2017, Sri Mulyani menyebut persoalan persamaan gender membutuhkan 200 tahun untuk bisa selesai. Sehingga perjalanannya masih sangat lama.
Apalagi, kata Sri Mulyani, kemajuannya pun masih sangat lambat. Menurut perkiraan Bank Dunia, kesenjangan gender menyebabkan hilangnya pendapatan rata-rata 15 persen di negara-negara anggota OECD.