TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan akan berhati-hati membatasi impor. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga industri manufaktur. Bahan baku dan bahan penolong industri manufaktur selama ini, kebanyakan merupakan impor.
"Makanya tentu kami masih mempertimbangkan, saya tidak mau bilang buru-buru yang mana. Kami masih mau cari yang mana yang bisa dikurangi atau dihambat yang tidak mempengaruhi produksi," kata Darmin Nasution saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu, 4 Juli 2018.
Simak: Karena Ini, Menteri Darmin Tak Khawatir Rupiah Melemah
Pernyataan Darmin tersebut merespons pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang akan membatasi impor. Darmin mengatakan akan segera rapat untuk membahas hal tersebut.
Kemarin, 3 Juli 2018, Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan membatasi impor barang, guna menjaga stabilitas rupiah yang semakin melemah. "Secara selektif kami akan meneliti kebutuhan impor," kata dia di Komplek Parlemen, Jakarta.
Simak: Revisi Aturan Tenaga Kerja Asing Segera Rampung
Sri Mulyani menjelaskan akan menyeleksi konten-konten impor yang dibutuhkan. Dia memprioritaskan barang impor yang digunakan untuk pembangunan dan sangat dibutuhkan. "Kami akan terus berlakukan koordinasi ini supaya kehati-hatian dari perekonomian bisa tetap terjaga," kata Sri Mulyani.
Lebih lanjut menurut Darmin efek dari pembatasan impor pertama akan mempengaruhi defisit neraca perdagangan, selanjutnya akan berdampak pada transaksi berjalan.
"Pertama-tama sebelum transaksi berjalan, neraca perdangangan dulu ekspor impor barang, yang memang kita enam bulan terakhir defisit," kata Darmin.
Pada 25 Mei, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat neraca perdagangan pada Mei 2018 kembali mengalami defisit sebesar US$ 1,52 miliar. Naiknya harga minyak dunia membuat impor minyak dan gas semakin meningkat sehingga membuat neraca perdagangan kembali tertekan.