TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menyampaikan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2017. "Pemerintah telah berhasil yang pertama kali diberikan BPK pada 2016 lalu," kata dia di Ruang Sidang Paripurna, Selasa, 3 Juli 2018.
Sri Mulyani melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,07 persen dengan inflasi sebesar 3,61 persen. "Dari angka tersebut pelaksanaan APBN 2017 berjalan cukup baik. Perekonomian nasional juga menunjukkan pencapaian yang positif," ujar dia.
BACA: Jaga Stabilitas Rupiah, Sri Mulyani Akan Batasi Impor
Usai melaporkan APBN 2018, Sri Mulyani juga menuturkan langkah dalam menjaga stabilitas rupiah. Dia akan membatasi impor agar nilai rupiah tetap stabil.
Sri Mulyani menjelaskan pihaknya akan menyeleksi konten-konten impor yang dibutuhkan. Dia memprioritaskan barang impor yang digunakan untuk pembangunan dan sangat dibutuhkan. "Kita akan terus belakuan koordinasi ini supaya kehati hatian dari perekonomian bisa tetap terjaga," tutur dia.
BACA: Sri Mulyani Ibaratkan Manuver Trump Bisa Timbulkan Gempa Bumi
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (Gubernur BI) Perry Warjiyo mengatakan pelemahan nilai rupiah pada hari ini, Selasa, 3 Juli 2018, yang sempat menyentuh level Rp 14.450 per dolar AS, masih dalam rentang yang manageable (terkendali) dan pasar tidak perlu panik.
Perry mengatakan BI terus melakukan stabilisasi dengan menerapkan intervensi ganda di pasar valas dan Surat Berharga Negara (SBN) untuk membendung keluarnya modal asing yang mendepresiasi kurs rupiah.
Dia meyakini kenaikan suku bunga acuan BI masih akan ampuh untuk menarik kembali modal asing, termasuk ke pasar SBN dan membuat imbal hasil instrumen keuangan domestik menjadi kompetitif.
Baca berita tentang Sri Mulyani lainnya di Tempo.co.