TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan strategi untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan ekonomi global adalah dengan menjaga tingkat investasi agar tetap tinggi. "Kita akan lakukan berbagai upaya lanjutkan momentum investasi," ujar Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, 2 Juli 2018.
Menurut Sri Mulyani, investasi sekarang telah tumbuh di angka mendekati delapan persen. Ia berharap angka tersebut tetap terjaga momentumnya di kisaran delapan persen, bahkan lebih.
Baca: Sri Mulyani Minta Instansi Cek Ulang Anggaran Sebelum Mengeluh
Namun, harapan Sri Mulyani itu tidak mudah terlaksana. Sebab, ada berbagai faktor yang kini tengah menekan tingkat investasi, antara lain kenaikan suku bunga. Selain itu meningkatnya impor lantaran kebutuhan bahan baku.
"Dari sisi pemerintah bisa jadi ada upaya menekan current account defisitnya, dia mungkin juga akan tertekan karena pemerintah melakukan pengendalian impor," ujar Sri Mulyani.
Baca: Apa yang Dilakukan Sri Mulyani ketika Merasa Penat Bekerja?
Atas kondisi tersebut, langkah yang ditempuh pemerintah salah satunya adalah dengan mempermudah masuknya investasi, misalnya dengan akan diluncurkannya sistem perizinan terpadu atau online single submission. "Kita bisa mempermudah proses investasi agar masyarakat tetap memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan bisnisnya."
Selain itu, hal yang dapat dilakukan juga adalah memberikan insentif-insentif investasi lainnya, di samping Bank Indonesia melakukan relaksasi dan Otoritas Jasa Keuangan mendorong efisiensi perbankan. "Itu semua supaya kami semua bisa melindungi momentum dari investasi," ujar Sri Mulyani.
Sebalumnya, Sri Mulyani juga mengatakan saat ini kondisi perekonomian masih terus bergerak dinamis. Dunia tengah dihadapkan pada kondisi yang disebut dengan normal baru, misalnya meningkatnya kondisi suku bunga. Selain itu dunia juga dihantam oleh ketidakpastian lantaran adanya perang dagang kondisi harga minyak terkini.
"Misalnya dengan Presiden Trump mengatakan telah menelepon Raja Salman agar menaikkan produksi minyak menjadi dua juta barel per hari untuk menggantikan Iran dan Venezuela, itu pasti akan direspon publik," kata Sri Mulyani.