TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan dampak kenaikan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) baru terasa satu setengah tahun mendatang. Menurut Perry, dampak kenaikan suku bunga acuan terhadap pertumbuhan ekonomi juga bergantung pada kondisi permintaan domestik.
"Dampak kenaikan suku bunga perlu waktu rata-rata 4 sampai 8 kuarter dan tidak harus linear," kata Perry saat konferensi pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin, 28 Mei 2018.
Pada Kamis, 17 Mei 2018, Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan 7-Day Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps). Suku bunga acuan naik dari level 4,25 persen menjadi 4,5 persen, dengan suku bunga deposit facility dan lending facility masing-masing di level 3,75 persen dan 5,25 persen. Keputusan ini berlaku efektif sejak 18 Mei 2018.
Baca: Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga, Ini Kata Bos BEI
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sepakat dengan Perry. Menurut Sri Mulyani, peningkatan suku bunga acuan tak serta-merta langsung membuat perekonomian tumbuh. Kendati demikian, kenaikan suku bunga acuan merupakan bagian tak terpisahkan dalam memperkuat pertumbuhan investasi dan ekspor.
Baca Juga:
"Kami tidak menghitung untung-rugi, tapi fokus membangun ekonomi Indonesia, kompetitifnya, dan produktivitas tinggi," ujar Sri Mulyani.
Membangun perekonomian itu misalnya dengan meningkatkan inovasi dan investasi. Karena itu, Kementerian Keuangan membuat program tax allowance untuk memberikan sinyal pada dunia usaha. Menurut dia, Indonesia ramah terhadap investor. Sri Mulyani pun mengharapkan investor datang dari dalam negeri.
"Investor dalam negeri sangat menentukan karena mereka punya evidence untuk ekspansi," katanya.