TEMPO.CO, Denpasar - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan jumlah nilai transaksi saham di Bali hingga Februari 2018 mencapai Rp 1,4 triliun atau naik mendekati 70 persen jika dibanding periode sama pada 2017. "Peningkatan transaksi itu karena didorong program Nabung Saham dengan 100 ribu sudah bisa membeli saham," kata Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Nonbank (IKNB) OJK Regional Bali dan Nusa Tenggara Husein Triarso di Denpasar, Minggu, 15 April 2018.
Menurut dia, peningkatan jumlah transaksi tersebut seiring dengan melonjaknya jumlah investor saham yang mencapai hampir 11.300 orang atau naik 28 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dia menjelaskan, sosialisasi yang gencar dilakukan bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) kepada masyarakat turut mendongkrak jumlah investor.
Baca: Skandal Cambridge Analytica, Saham Facebook Anjlok 5 Persen
Sebagian besar investor, kata dia, juga didominasi generasi muda, khususnya dari kalangan kampus, karena makin mudahnya masyarakat menjadi investor. Ketua Kelompok Studi Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Dewa Made Maha Gita Ananda mengatakan kemudahan dengan Rp 100 ribu sudah bisa menjadi investor membuat anak muda mulai menggemari investasi pasar modal.
Mahasiswa semester empat itu juga telah merasakan keuntungan yang didapat selama satu tahun menjadi investor, yang disesuaikan dengan kemampuan untuk menambah terus modal. "Nilai keuntungan paling tinggi sempat saya terima mencapai 136 persen karena dalam setahun saya juga menambah modal," ucapnya.
Dalam memilih perusahaan, Maha melanjutkan, didasarkan pada nama besar korporasi yang sudah dikenal dan produk yang memonopoli pasar dengan mengamati informasi kinerja perusahaan. Secara nasional, jumlah investor (SID) selama 2017 mencapai 1,2 juta orang atau naik 129 ribu.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan pihaknya tahun ini menargetkan pertumbuhan investor mencapai sekitar 130 ribu orang. Sebagian besar jumlah investor saat ini menanamkan modal di saham dan reksadana mencapai sekitar 670 ribu orang, sisanya obligasi hingga surat berharga negara.