TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat adanya tren penurunan utang luar negeri untuk kelompok peminjam bank selama empat tahun terakhir. Dalam statistik utang luar negeri Indonesia yang baru dirilis, terlihat angka utang luar negeri untuk bank turun menjadi US$ 30,24 miliar per akhir 2017.
Berdasarkan data statistik itu pula, diketahui bahwa realisasi utang luar negeri (ULN) bank sampai pengujung tahun lalu tersebut hampir setara dengan angka per akhir 2016 senilai US$ 30,25 miliar. Dengan kata lain, realisasi ULN sepanjang 2017 merupakan yang terkecil sejak 2014.
Baca Juga:
Baca: Kenapa Ekonom Ini Menilai Kenaikan Utang Luar Negeri Positif?
Pengamat ekonomi Asian Development Bank Institute, Eric Sugandi, berpendapat, secara umum, ULN kalangan perbankan menunjukkan tren penurunan. Hal ini terjadi setelah meningkat drastis pada 2014 karena terpengaruh kondisi perekonomian domestik.
“Pelambatan ekonomi yang sempat terjadi mempengaruhi demand pinjaman. Bank sendiri juga tidak agresif mencari pinjaman serta terus membayar cicilan utang, jadi ULN trennya turun lagi,” ucap Eric, Ahad, 4 Maret 2018.
Dari data statistik itu juga diketahui, sebelum 2014, kisaran utang luar negeri bank berada di bawah US$ 25 miliar, tapi memasuki 2014, menembus level US$ 31,67 miliar. Setahun kemudian, angka utang itu menyentuh US$ 31,92 miliar, lantas turun ke US$ 30,25 miliar per akhir 2016 dan menjadi US$ 30,24 miliar per 2017.
Eric memperkirakan, untuk tahun ini, kecenderungan yang agaknya terjadi ialah kalaupun ada penaikan atau penurunan, nominal utang luar negeri (ULN) bank tidak akan banyak. “Karena aktivitas ekonomi membaik daripada tahun lalu. Kalaupun naik atau turun, ULN-nya tidaklah banyak. Rupiah pun masih tertekan,” katanya.