TEMPO.CO, Jakarta - PT Ratu Prabu Energi Tbk, yang berencana membangun jalur tambahan light rail transit (LRT) di Jakarta dan sekitarnya, optimistis mampu menggarap proyek tersebut. Perusahaan itu menyebut telah menyiapkan sejumlah kajian mendalam selama lima tahun terakhir.
"Sekarang kami sudah siap teknis dan segala macamnya," kata Direktur Utama Ratu Prabu Burhanudin Bur Maras, saat dihubungi Tempo, Ahad, 7 Januari 2018. Perusahaan juga telah menggandeng konsultan asal Amerika Serikat, Bechtel Corporation, untuk menyiapkan rencana pembangunan LRT tersebut.
Baca: Sandiaga Uno: Proyek LRT Jakarta Butuh Investasi Rp 336 T
Pernyataan Burhanudin itu menanggapi pertanyaan sejumlah pihak mengenai kapabilitas perusahaan yang fokus di bidang energi tapi belakangan mengusulkan proyek LRT tambahan sepanjang 220 kilometer di Jakarta dan sekitarnya. Jauh sebelum itu, kata dia, perusahaan sudah terjun ke sektor properti sebagai upaya pengembangan perusahaan. "Semua kalau jadi konglomerat artinya punya beberapa perusahaan kan? Lihat itu Astra, Lippo, Sinar Mas," ujarnya.
Ratu Prabu sendiri terjun ke bisnis properti dengan membentuk PT Lekom Waras. Namun fokus usahanya masih berdekatan dengan energi. Lekom Waras menawarkan layanan non-destructive testing (NDT) untuk industri minyak dan gas.
Dilansir dari situs perusahaan, Ratu Prabu sebelumnya bernama PT Arona Binasejati, yang didirikan pada 31 Maret 1993. Perusahan kemudian berganti nama menjadi Ratu Prabu Energi seiring dengan perubahan bisnis utamanya ke sektor minyak dan gas pada 30 Juni 2008. Perubahan itu membuat perseroan melakukan penawaran umum terbatas (rights issue) dengan melepas 1,56 miliar saham pada 11 Juli 2008.
Sebelum mengajukan rencana membangun LRT, PT Ratu Prabu Energi Tbk terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham ARTI. Perusahaan melepas 95 juta saham ke publik dalam penawaran perdananya. Harga saham yang dijual saat itu senilai Rp 650 per lembar. Saat ini, harga sahamnya senilai Rp 50 per lembar.
LINDA HAIRANI