TEMPO.CO, Jakarta -Berinvestasi adalah langkah mempersiapkan pondasi keuangan masa depan. Perencana Keuangan dari Finansia Consulting mengatakan investasi dapat dilakukan sedini mungkin ketika telah memiliki uang yang bisa dikelola sendiri, misalnya saat menempuh bangku Sekolah Menengah Atas.
"Karena mereka sudah dipercayakan uang oleh orang tuanya, jadi semestinya bisa," ujarnya kepada Tempo, Rabu, 15 November 2017.
Baca Juga:
Menurut dia, orang tua sudah bisa mulai mengenalkan anak ke dunia aset investasi tatkala anak telah beranjak dewasa, yaitu saat mulai menempuh SMA. Selain karena sudah bisa memiliki buku tabungan, pada saat SMA biasanya anak telah dipercaya memegang uang jajan berkala, misalnya mingguan atau bulanan.
Eko berujar orang tua bisa mengenalkan beberapa produk investasi jangka panjang misalnya reksadana, saham, ataupun tabungan logam mulia. "Mungkin SMA sudah bisa mengerti, itu produk-produk keuangan sektor aset."
Untuk bisa memulai berinvestasi, Eko berujar anak-anak SMA bisa mulai menyisihkan uang jajannya, misalnya sebesar 40 persen sampai 50 persen. "Karena kan enggak terlalu banyak pengeluaran besar. Kalau yang besar kan mereka pasti minta lagi ke orangtuanya," kata dia.
Saat itu, peran orang tua adalah dengan sengaja mengatur pemberian uang jajan sembari membiasakan anak agar menyisihkan uang jajannya untuk berinvestasi.
Eko berujar upaya itu bakal lebih mudah apabila orang tua telah membiasakan anaknya menyisihkan sebagian uangnya sejak kecil atau pertama kali mengenal uang. Apabila telah menjadi kebiasaan, dia yakin pembiasaan kegiatan investasi itu bakal berjalan dengan sendirinya.
Apabila memang uang yang diberi itu belum cukup untuk membeli produk investasi, orangtua bisa menyiapkan terlebih dahulu wadah khusus tempat sang anak bisa menyisihkan uangnya sebelum ia pergi ke sekolah. "Jadi dia harus masukkan ke sana setiap hari," ujarnya. Baru nanti secara berkala, wadah itu bisa dibuka dan uangnya disalurkan untuk membeli aset.
Untuk pengawasannya, orangtua bisa mengecek berkala tabungan anak, baik yang berupa tabungan fisik maupun saldo tabungan, dan mengajak diskusi anak mengenai tabungannya. Untuk mengawasi aset yang dimiliki anak saat pertama kali mulai, orangtua bisa memantau dan menanyakan kepada anak apakah nilai asetnya, baik reksadana maupun saham, naik atau tidak. "Yang pasti langsung ditanyakan ke anaknya saja. Ini kan masalah kepercayaan ya."