TEMPO.CO, Jakarta -Kebiasaan mengelola uang yang baik akan sangat menolong bagi anak di kemudian hari. Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh orang tua untuk mengenalkan pengelolaan keuangan pada anak.
Tahapan pertama adalah pengenalan fungsi uang. Eko berujar tahapan itu bisa dimulai pada usia dini, selambatnya ketika mulai menginjak bangku sekolah dasar. "Pastikan sejak awal mereka mengenal fungsi uang, yaitu fungsi pertama pembayaran, selanjutnya untuk masa depan, dan untuk berbagi," ujarnya kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Selanjutnya, ketika telah dijelaskan mengenai fungsi uang, orang tua bisa mulai mengenalkan anak pada kebiasaan menyisihkan uang. "Jadi mereka bisa mulai menyisihkan uang untuk mimpi mereka," kata dia. Menurut dia, uang yang disisihkan tidak perlu banyak, yang penting anak terbiasa menyisihkan. Alat yang digunakan pun sederhana, yaitu celengan.
Berikutnya, ketika uang yang di celengan sudah terkumpul, orang tua bisa menceritakan kepada anaknya bahwa dari uang yang terkumpul itu mereka bisa membeli sesuatu yang telah diimpikannya itu. Memang, pada akhirnya nanti orang tua mungkin perlu menambahi dari uang yang terkumpul tadi, namun menurut Eko, yang terpenting adalah anak tahu bahwa dengan menabung mereka bisa memperoleh apa yang diinginkannya kelak.
Berikutnya, menjejak masa sekolah menengah pertama (SMP) anak bisa mulai dikenalkan cara mengelola duit pribadi dengan diberi uang jajan rutin. Pada saat itu, kata Eko, yang dapat dibiasakan bukan hanya menabung, namun juga mulai melakkan investasi. "Pilihannya mungkin dengan membeli emas di pegadaian, misalnya. Jadi dia punya buku tabungan dan buku tabungan emas, atau emas fisik."
Selanjutnya, ketika masuk ke masa sekolah menengah atas (SMA) anak bisa dikenalkan soal investasi jangka panjang melalui aset-aset seperti reksadana, saham dan produk produk lainnya. "Mungkin SMA sudah bisa mengerti, itu produk-produk keuangan sektor aset."
Apabila memang uang yang diberi itu belum cukup untuk membeli produk investasi, orangtua bisa menyiapkan terlebih dahulu wadah khusus dimana sang anak bisa menyisihkan uangnya sebelum ia pergi ke sekolah. "Jadi dia harus masukkan ke sana setiap hari," ujarnya. Baru nanti secara berkala, wadah itu bisa dibuka dan uangnya disalurkan untuk membeli aset.
Untuk pengawasannya, orangtua bisa mengecek berkala tabungan anak, baik yang berupa tabungan fisik maupun saldo tabungan, dan mengajak diskusi anak mengenai tabungannya. Untuk mengawasi aset yang dimiliki anak saat pertama kali mulai, orangtua bisa memantau dan menanyakan kepada anak apakah nilai asetnya, baik reksadana maupun saham, naik atau tidak. "Yang pasti langsung ditanyakan ke anaknya saja. Ini kan masalah kepercayaan ya."
CAESAR AKBAR