TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Thomas Lembong mengatakan tahun 2018 merupakan saat yang tepat bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pasalnya, saat ini Indonesia tengah berada dalam iklim investasi yang lebih baik.
Iklim investasi di Indonesia, kata dia, cukup positif dan mengalami perbaikan sentimen global, terutama sejang peringkat Indonesia dinaikkan oleh Standard & Poor's menjadi Investment Grade atau layak investasi.
"Ini pertama kalinya dalam 20 tahun atau sejak 1997, Indonesia dinilai layak investasi oleh tiga lembaga pemeringkat intemasional: Fitch, Moody’s dan Standard & Poor’s," ujar Tom, panggilan akrab Thomas, dalam pesan video yang diputarkan pada acara UOB Indonesia Economic Outlook 2018 di Jakarta, Selasa, 14 November 2017.
Simak: BKPM Pertimbangkan Revisi Daftar Negatif Investasi
Tom melihat ada beberapa sektor yang dinilai menjanjikan dalam tahun-tahun mendatang, yakni sektor pariwisata dan ekonomi digital. “Ini merupakan buah dari kebijakan Pemerintah untuk membebaskan visa bagi 170 negara, Pemerintah juga melakukan kampanye 10 Bali Baru, serta melakukan berbagai pembangunan infrastruktur," ujarnya.
Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja berujar tumbuhnya era ekonomi digital, ditambah dengan pertumbuhan kelas menengah, akan memberikan dorongan yang lebih kuat bagi pertumbuhan ekonomi lndonesia. "Ekonomi digital diperkirakan akan terus menjadi salah satu fokus Pemerintahlndonesia ke depan," ujarnya.
Indonesia tercatat memiliki populasi lebih dari 262 juta jiwa pada tahun 2016 dengan sebanyak 51 persen atau 132,7 juta orang di antaranya adalah pengguna internet, 40 persen atau 106 juta orang adalah pengguna media sosial, dan 35 persen atau 92 juta orang adalah pengguna handphone aktif. Dengan begitu, kondisi Indonesia dianggap telah memiliki pondasi kuat untuk pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan.
Asosiasi E-Commerce Indonesia mencatat ada 24,74 juta orang atau sembilan persen dari total populasi lndonesia membeli produk secara online pada 2016. Pada tahun 2017, nilai transaksi itu diperkirakan bakal melonjak sebesar 30 sampai 50 persen dari jumlah transaksi total sebesar USD 5,6 juta di tahun 2016.
Pemerintah lndonesia memperkirakan kontribusi e-commerce pada PDB adalah sebesar 10 persen di tahun 2020 seiring dengan target untuk memposisikan lndonesia sebagai pusat ecommerce di ASEAN. Hal ini terdapat dalam peta jalan (road map) di paket kebijakan reformasi ekonomi nomor 14 yang diluncurkan pada 10 November 2016.
UOB Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen di tahun 2018. Pertumbuhan itu, kata Enrico, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat.“Kekuatan fundamental ekonomi Indonesia didukung oleh konsumsi swasta, pertumbuhan pembelanjaan investasi. serta peningkatkan kinerja ekspor yang berkelanjutan," ujarnya.
Enrico berujar pada kuartal III 2017 tercatat permintaan konsumsi swasta terus stabil di angka sekitar 5,0 persen year-on-year, sementara belanja investasi meningkat 7,1 persen, dan ekspor meningkat kuat 17,3 persen. Dia yakin terus membaiknya pertumbuhan ekonomi global, perbaikan harga komoditas, serta berbagai program infrastruktur domestik diyakini akan mendukung momentum pertumbuhan tahun depan.
BKPM mencatat bahwa pariwisata meningkat sebesar 35 persen di Kuartal III 2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016. Sementara ekonomi digitaI diperkirakan akan tumbuh sebesar 30 persen di tahun 2017 ini. Meskipun angka kontribusi dua sektor tersebut masih tergolong keciI untuk kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), namun tren kedua sektor iersebut akan terus menunjukkan haI yang positif.
CAESAR AKBAR