TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio yakin nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia dalam tiga hingga enam bulan ke depan dapat mencapai Rp 7.000 triliun. Berdasarkan data BEI per 30 Oktober 2017, nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sebesar Rp 6.611,45 triliun.
Keyakinan Tito berangkat dari kinerja positif industri pasar modal domestik yang akan tetap terjaga dengan baik seiring kuatnya fundamental ekonomi nasional. "Ekonomi kita stabil, suku bunga terjaga, inflasi juga terjaga, ada bonus demografi, produk domestik bruto (PDB) tetap besar. Maka tidak ada alasan untuk tidak berinvestasi di pasar modal," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Selasa, 31 Oktober 2017.
Baca: Sri Mulyani Dorong Anak Muda Akses Informasi Pasar Modal
Nilai kapitalisasi pasar, kata Tito, menunjukkan nilai efek yang tercatat di bursa saham atau hasil perkalian antara jumlah saham yang dicatatkan dengan harga saham perusahaan tercatat (emiten). Secara definisi, diartikan sebagai total nilai efek yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan di dalam satu pasar. "BEI juga akan terus menambah jumlah emiten sebanyak mungkin, serta menjaga infrastruktur di pasar modal," katanya.
Tito mengatakan bahwa infrastruktur di pasar modal menjadi salah satu modal dasar untuk membuat industri pasar modal nasional dapat bersaing dengan negara lain. Selain itu, memperkuat investor domestik, terutama retail. "Kontribusi investor ritel lebih dari 30 persen terhadap kenaikan saham. Itulah mesin pengerak pasar modal," ucap Tito.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Fakhri Hilmi, menambahkan, bahwa dalam menjaga kinerja industri pasar modal domestik, pihaknya juga akan terus fokus meningkatkan inklusi dan literasi keuangan sehingga dapat mendorong penambahan investor. "Ke depan akan bertumpu pada pengembangan investor. Partisipasi investor domestik, baik dari sisi inklusi maupun literasi masih terbilang kecil," katanya.
ANTARA