Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-GCC, Para Pengusaha Besar akan Dipertemukan
Reporter
Adil Al Hasan
Editor
Agung Sedayu
Kamis, 1 Agustus 2024 07:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan peluncuran The Launching of the Negotiation Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement (I-GCC FTA) atau Perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-GCC merupakan momen bersejarah. Zulhas dan Sekretaris Jenderal Gulf Cooperation Council Jasem Mohamed Albudaiwi resmi meluncurkan perjanjian itu di Kementerian Perdagangan, Jakarta, pada Rabu, 31 Juli 2024.
Ditemui usai kegiatan, Zulhas mengatakan selama ini hubungan Indonesia dengan negara GCC hanya sekadar haji dan umrah. Oleh karena itu, usai kegiatan ini berlangsung Indonesia akan memperbesar hubungan perdagangan dengan negara yang tergabung dalam GCC. “Ini termasuk bersejarah. Selama ini kita dengan GCC urusannya domestik worker, haji dan umrah, tidak naik pangkat kita sudah 70 tahun,” kata Zulhas.
GCC merupakan aliansi kerjasama ekonomi dan politik yang beranggotakan enam negara yang meliputi Arab Saudi,Persatuan Emirat Arab, Kuwait, Bahrain,Oman, dan Qatar
Oleh karena itu, Zulhas mengatakan dalam waktu dekat Kementerian Perdagangan akan menggelar acara seminar tentang pelaksanaan perjanjian ini. Dia mengatakan pengusaha besar dari Indonesia dan GCC akan bertemu di Jakarta.
“Kita marathon, September mulai sudah ada permintaan dari mereka, kita akan seminar di sini, mereka mengundang perusahan besar mereka, kita temukan dengan perusahaan besar di sini,” kata Zulhas.
Sementara itu, Zulhas dalam sambutannya mengapresiasi atas peluncuran perundingan ini. "Saya bahagia sekali hari ini, dari hati yang paling dalam secara tulus saya mengajak kita bersama-sama untuk segera menyelesaikan salah satu yang bisa memperbesar perdagangan kita dalam perjanjian ini," kata Zulhas.
Dalam peluncuran ini juga ditandai dengan penandatanganan Joint Statement on The Launching of The Negotiation on The Free Trade Agreement between The Republic of Indonesia and The Gulf Cooperation Council. Zulhas dan Jasem Mohamed Albudaiwi meneken warkat itu.
Zulhas mengatakan Indonesia dengan Arab dan negara yang tergabung dalam GCC sudah memiliki hubungan yang panjang. Namun, kata dia, hubungan sejarah itu tak menghasilkan perdagangan yang besar. Oleh karena itu, ia berharap usai perjanjian ini berlangsung akan memperbesar hubungan perdagangan Indonesia dengan negara yang tergabung dalam GCC. "Hubungan dagangannya sedikit. Tetapi saya ingin sekali kita memperkuat dan memperbesar hubungan perdagangan kita," kata Zulhas.
Zulhas bercerita selama menjabat sebagai Menteri Perdagangan, dirinya kerap mengunjungi negara yang tergabung dalam GCC. Ia menyebut pernah menyambangi Arab Saudi sebanyak enam kali, Uni Emirates Arab sebanyak lima kali, Qatar sebanyak dua kali. Sementara itu, Zulhas mengaku belum mengunjungi Oman, Bahrain, dan Kuwait.
Sementara itu, Zulhas mengatakan perjanjian ini diharapkan akan memberi dampak bagi Indonesia dan negara-negara di GCC. Ia menyebut Indonesia dan GCC sama-sama memiliki potensi ekonomi yang besar.
“Kita punya ekonomi ekonomi terbesar, GCC juga besar sekali,” kata Zulhas.
Dalam kesempatan yang sama, Jasem Mohamed AIbudaiwi berharap perjanjian ini akan memberi dampak ekonomi yang baik bagi Indonesia dan GCC. Usai diresmikan peluncuran kerja sama ini, Indonesia dan GCC akan membahas potensi ekonomi yang bisa digali.
“Ada beberapa hal yang ingin disampaikan di antaranya yaitu perdagangan barang, perdagangan jasa, kepabeanan, dan ekonomi Islam. Kami ingin menggaris bawahi kesepakatan dagang ini menitikberatkan pada ekonomi Islam," kata dia.
Total perdagangan antara Indonesia dan GCC pada periode Januari—Mei 2024 mencapai US$ 6,2 miliar.Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke GCC tercatat sebesar US$ 2,7 miliar, sementara impor Indonesia dari GCC mencapai USD 3,5 miliar. Pada 2023, total perdagangan Indonesia—GCC mencapai US$ 15,7 miliar. Ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 6,1 miliar.
Komoditas ekspor utama Indonesia di antaranya mobil dan kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, kertas,dan kertas karton tidak dilapisi.Sedangkan, impor Indonesia tercatat sebesar US$ 9,6 miliar. Komoditas impor utama non-migas diantaranya produk setengah jadi dari besi atau baja bukan paduan, alkohol asiklik, belerang, polimer dari etilena, dan aluminium tidak ditempa.
Pilihan Editor: Edisi Khusus 10 Tahun Jokowi: Pekerja Celaka karena UU Cipta Kerja