Bappenas: RI Harus Tumbuh 6 Persen untuk Keluar dari Jebakan Middle Income Trap

Kamis, 29 April 2021 16:46 WIB

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 17 Maret 2021. Rapat tersebut membahas evaluasi kinerja tahun 2020 dan rencana pembangunan tahun 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas Suharo Monoarfa mengatakan Indonesia harus mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen pada 2022 agar bisa terlepas dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Menurut Suharso, upaya tersebut harus dibarengi dengan transformasi ekonomi di pelbagai lini. “Tanpa transformasi ekonomi, pada 2045 kita belum bisa graduasi dari middle income trap,” ujar Suharso dalam rapat koordinasi pembangunan pusat 2021 yang ditayangkan secara virtual, Jumat, 29 April 2021.

Indonesia sedianya mematok target untuk bisa terlepas dari jebakan middle income trap pada 2036. Dengan begitu pada 2045, Indonesia sudah bisa beranjak dari negara berkembang menjadi negara maju sembari menikmati bonus demografi.

Namun rencana ini diperkirakan meleset karena pandemi Covid-19. Krisis akibat wabah telah membuat banyak sektor terimbas, khususnya sektor-sektor yang bergerak di bidang transportasi, logistik, pergudangan, manufaktur, dan jasa sehingga pertumbuhan ekonomi pada 2020 melambat.

“Kondisi ini berdampak pada kinerja pembangunan dan mengganggu upaya kita keluar middle income trap,” ujar Suharso.

Advertising
Advertising

Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Suharso menerangkan pemerintah perlu menyesuaikan kerangka ekonomi makro dan melakukan berbagai adaptasi. Ia meyakini 2022 merupakan kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah krisis pandemi.

Jika Indonesia tidak bisa tumbuh mengejar pertumbuhan 6 persen atau dengan asumsi hanya 5 persen, negara belum akan lulus dari middle income trap bahkan sampai 2050. Indonesia pun akan dilompati negara lain di Asia Tenggara, seperti Filipina, yang menargetkan menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2027 dan Vietnam pada 2043.

Suharso Monoarfa mengkhawatirkan Indonesia pun akan menjadi negara dengan daya saing terendah di Asia. “Total factor productivity atau TFP dikhawatirkan paling rendah,” katanya.

Baca Juga: Indonesia Naik Kelas, Ekonom Ini Sebut Jangan Bangga Dulu Sebab..

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

1 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

5 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

5 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

6 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

11 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya