Kenapa Penerimaan Pajak Hingga September 2017 Tumbuh Negatif?

Senin, 9 Oktober 2017 15:23 WIB

18_ekbis_pajak

TEMPO,CO. Jakarta - Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan Pajak Direktorat Jenderal Pajak Kementerian keuangan Yon Arsal menyatakan penerimaan negara dari pajak sejak awal tahun hingga akhir September 2017 tumbuh negatif. Yon mengatakan pertumbuhan negatif ini disebabkan adanya penerimaan yang tidak berulang berupa uang tebusan & PPh Final Revaluasi.

“Pertumbuhan negatif ini juga disebabkan adanya beda waktu pencairan PPB dan PPh DTP (Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah) yang nilainya signifkan,” ujar Yon melalui siaran pers yang diterima Tempo, Senin, 9 Oktober 2017.

Baca: Soal Pajak, Pengusaha E-Commerce Ingin Perlakuan Setara

Total penerimaan pajak sejak awal tahun hingga akhir September lalu termasuk PPh migas sebesar Rp 770,7 triliun atau 60 persen dari target APBN-P 2017. Pertumbuhannya menurun 2,79 persen bila dibandingkan periode serupa tahun lalu.

Sedangkan penerimaan pajak di luar PPh migas sebesar Rp 732,1 triliun atau 59 persen dari target APBN-P 2017. Angka tersebut turun 4,7 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Advertising
Advertising

Dari PPh Non Migas didapat penerimaan sebesar Rp 418 triliun atau 56,3 persen dari target APBN-P 2017. Artinya ada penurunan 12,32 persen dibanding periode serupa tahun lalu.

Sementara itu untuk penerimaan PPN dan PPnBM hingga kuartal ketiga tahun ini mencapai Rp 307,3 triliun atau 64 persen dari target APBN-P 2017. Angka tersebut naik 13,7 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Melihat data tersebut, ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Ditjen Pajak bakal kesulitan memenuhi target penerimaan pajak di akhir tahun nanti. Meskipun begitu, ia optimistis tetap ada peningkatan penerimaan pajak secara keseluruhan hingga ke angka 85 persen di akhir tahun.

Kenaikan penerimaan dari pajak itu berasal dari PPh nonmigas. Sedangkan untuk PPh Migas cenderung sulit meningkat karena melemahnya harga komuditas di pertengahan tahun 2017 ini.

Analis Universiteit can Amsterdam itu mengimbau kepada pemerintah untuk lebih realistis dalam menentukan target penerimaan di tengah kondisi perekenomian yang melambat. Jika tidak, hal itu hanya akan memberikan beban lebih besar kepada pemerintah di tahun-tahun kedepannya. “Pemerintah seharusnya bisa lebih akurat dalam penetapan target pajak atau nanti akan menimbulkan snow ball effect,” ujar Josua kepada Tempo.

Selain itu Josua juga mengimbau kepada pemerintah untuk bekerja lebih keras lagi dalam hal reformasi perpajakan. Hal ini khususnya dalam menambah jumlah wajib pajak yang terdaftar dan perluasan objek pajak.

Berita terkait

KPK Sebut Kasus Dugaan Penerimaan Gratifikasi oleh Kepala Kantor Pajak Jakarta Timur Masih Penyelidikan

2 hari lalu

KPK Sebut Kasus Dugaan Penerimaan Gratifikasi oleh Kepala Kantor Pajak Jakarta Timur Masih Penyelidikan

KPK masih melakukan penyelidikan terhadap KPP Madya Jakarta Timur Wahono Saputro untuk kasus dugaan penerimaan gratifikasi dan TPPU.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

2 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

2 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

3 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

3 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Mantan Dirut RSUP Haji Adam Malik Jadi Tersangka Korupsi, Pakai Uang Pajak untuk Kepentingan Pribadi

3 hari lalu

Mantan Dirut RSUP Haji Adam Malik Jadi Tersangka Korupsi, Pakai Uang Pajak untuk Kepentingan Pribadi

Kejaksaan menetapkan mantan Direktur Utama RSUP Haji Adam Malik Medan, Bambang Prabowo, sebagai tersangka korupsi.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

4 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

6 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

6 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya