TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini berada di level 14 persen. "Kami anggap itu cukup realistis, terutama setelah diterbitkannya kebijakan stimulus perbankan kemarin," kata Deputi Bidang Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis kepada Tempo di Jakarta, Senin, 27 Juli 2015.
OJK memang baru saja merilis 35 paket kebijakan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di sektor industri keuangan. Aneka kebijakan itu dikeluarkan untuk merespons pelemahan perekonomian nasional pada tahun ini, dan rencananya diberlakukan temporer selama dua tahun ke depan. Khusus untuk industri perbankan, setidaknya ada 12 stimulus yang diyakini mampu menjaga pertumbuhan kredit.
Bersamaan dengan penerbitan paket kebijakan itu, akhir pekan lalu OJK juga mengoreksi target pertumbuhan kredit bank dari semula 16-17 persen menjadi 13-15 persen. "Kondisi perekonomian yang melambat seperti sekarang, agak sulit untuk mencapai target di atas 15 persen," ujar Irwan. "Tapi kami pun tak mau merevisi terlalu rendah, karena industri perbankan harus tetap dipacu untuk menggenjot pertumbuhan."
Dengan koreksi target kredit menjadi 14 persen, kata Irwan, OJK memperkirakan secara total kredit yang dikucurkan bank hingga akhir 2015 nanti akan tumbuh sebesar Rp 250 triliun. Dengan asumsi realisasi kredit akhir tahun lalu yang mencapai Rp 3.700-an triliun, maka diperkirakan realisasi kredit tahun ini akan mencapai sekitar Rp 4.000 triliun.
Revisi target ini dilakukan setelah OJK menerima revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dari 108 bank di Indonesia. "Asumsi kami melakukan koreksi ya berdasarkan RBB bank-bank tersebut," ujar Irwan. Rata-rata, bank-bank tersebut juga mematok target kredit pada level 13-15 persen. Meski begitu dia memastikan, koreksi ini hanya dilakukan sekali dalam tahun ini. "Kami masih berharap di semester kedua akan ada perbaikan."
Berdasarkan catatan OJK, revisi target kredit banyak dilakukan bank di kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) III atau dengan modal inti Rp 5-30 triliun. Kredit di kelompok ini rata-rata turun sebesar 2,7 persen. Irwan membantah penurunan itu disebabkan membengkaknya rasio kredit macet atau non-performing loan. "No, no, NPL masih bagus kok," kata dia. "Tingkat NPL masih terjaga di bawah 2,5 persen."
PRAGA UTAMA