Cina Jadi Ancaman Produk Ekspor Jawa Tengah

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 4 Juni 2015 18:12 WIB

Pekerja menjahit rambut palsu di pabrik PT Bio Takara, Purwokerto, Jawa Tengah, 11 Maret 2015. Eksport tekstil di Jawa Tengah telah meningkat 46 persen selama empat tahun terakhir. Dimas Ardian/Bloomberg via Getty Images

TEMPO.CO, Semarang - Negara Cina dinilai menjadi ancaman dalam perdagangan produk ekspor asal Jawa Tengah. Tercatat Jawa Tengah telah mengalami ketergantungan produk dari negara itu hingga 41 persen.

“Bukan hanya Asean tapi impor barang di Jateng didominasi Cina,” kata Kepala Kantor Bank Indonesia Jateng dan DIY, Iskandar Simorangkir, saat pertemuan forum ekonomi bisnis Jawa Tengah, Kamis 4 Juni 2015.

Iskandar mencatat nilai ekpor Jateng meningkat, namun dominasinya justru banyak ke Amerika dengan total prosentase mencapai 25 persen. Sedangkan ke Eropa 19 persen dan Cina hanya 10 persen. “Artinya Jateng masih kalah jauh dari Cina yang justru banyak mengirim bahan baku ke sini,” kata Iskandar menambahkan.

Kondisi itu membuktikan ekonomi Jateng bisa tumbuh karena didukung oleh industri pengolahan yang mencapai 35 persen. Namun secara ekonomi saat ini mengalami perlambatan pertumbuhan dari 6,2 persen menjadi 5,5 persen.

Indikator melemahnya pertumbuhan ekonomi itu diukur dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dari 3,95 naik 4,200. “Masyarakat Jateng bahkan mengunakan sebagian dari tabungan rumah tangga untuk konsumsi,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama Deputi Guber Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menyebut, sikap pemerintah Cina sengaja melemahkan ekonominya berpengaruh pada ekpor Indonesia melambat dan masih mengalami devisit. “Melemahkan ekonomi itu akibat kesadaran lingkungan dan program keseimbangan dengan alam di negara itu,” kata Mirza.

Sikap negara Cina itu menjadi salah satu penyebab melemahnya ekonomi Indonesia selain rencana bank central Amerika yang sudah menginformasikan suku bunga akan naik.

“Saat ini suku bunga Bank Sentral Amerika 0,25 persen akan dinaikan ini membuat sejumlah investor pasar global mengurangi investasi di negara berkembang termasuk Indonesia,” katanya

Meski ekonomi naisonal melambat, Mirza masih yakin saat ini devisit ekpor impor barang dan jasa sudah kembali membaik, namun ia menyebutkan masih sulit untuk surplus. Tercatat devisit ekspor impor Indonesia US$ 26-27 miliar dolar, kondisi itu membuat pemerintah mengendalikan devisit dengan cara mengurangi subsidi bahan bakar minyak.

EDI FAISOL

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

1 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

5 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

5 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

6 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

9 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

9 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

12 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

19 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya