TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari PT Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, memperkirakan indeks harga saham gabungan akan berada di level 5.800 pada akhir 2017. Prediksi itu mempertimbangkan kenaikan yang sepenuhnya didukung oleh pertumbuhan laba per saham (EPS).
“Skenario dasar kami memprediksi ada penurunan tipis pada rasio harga saham per laba prediksian (forward PE ratio) menjadi 14,8 kali,” ujarnya dalam risetnya yang dipublikasi Senin, 16 Januari 2017.
Menurut Adrian, untuk skenario optimistis dia memprediksi IHSG dapat menutup tahun ini pada level 6.100. Namun untuk skenario pesimistis, IHSG dapat turun menjadi 4.925 jika belanja fiskal mengecewakan dan yield (imbal hasil) obligasi pemerintah Amerika Serikat naik lebih tinggi daripada prediksi.
Baca : MNC Securities : IHSG Hari ini di Level 5.266-5.311
Adrian mengatakan stimulus fiskal, nilai tukar mata uang yang stabil, dan inflasi yang terkendali merupakan hal penting yang dapat mendukung kondisi pasar saham Indonesia ketika pelonggaran moneter tidak terjadi.
“Percepatan pertumbuhan dapat mendukung indeks, tapi bukan tanpa adanya angin haluan. Kami lebih memilih saham defensif dan beberapa saham seleksi siklus atau konstruksi untuk berkinerja lebih tinggi dari pasar,” ungkapnya.
Adrian menganalisis, bahwa pada tahun ini dapat menjadi kisah dua babak, dengan angin angin buritan dari harga komoditas dan kondisi amnesti pajak yang akan menguntungkan pada semester I 2017. Sedangkan risiko fiskal dan eksternal akan membebani semester II 2017.
Untuk saham yang dia rekomendasikan agar dimiliki oleh investor tahun ini, kata Adrian, dia menyarankan agar investor memilih saham berkapitalisasi pasar besar. Di antaranya saham defensif seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) karena menunjukkan volatilitas laba yang terbatas.
Baca : Hari ini IHSG Diperkirakan Melemah
Kemudian dia juga merekomendasikan beberapa saham pilihan di sektor konstruksi, siklusan, dan perbankan di antaranya PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).
“Saham-saham ini untuk mendapatkan eksposur pertumbuhan,” ungkapnya.
ABDUL MALIK