TEMPO.CO, Jakarta - Pada perdagangan awal pekan ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak bervariasi cenderung melemah.
Analis dari PT First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan, saat ini pasar tengah menanti rilis laba 2016 sejumlah emiten sektoral. Selain itu, harga minyak yang kembali melemah dan minimnya arus arus modal masuk (capital inflow) ke pasar membuat pergerakan harga saham sektoral relatif terbatas cenderung koreksi.
"IHSG diperkirakan akan bergerak dengan support di 5.250 hingga 5.310 cenderung melemah," ujar David Sutyanto dalam keterangan tertulisnya, Senin, 16 Januari 2917.
IHSG akhir pekan lalu bergerak fluktuatif dan kembali tutup di teritori negatif. IHSG koreksi 19,76 poin (0,4 persen) di 5.272,98. Ini merupakan koreksi IHSG untuk lima hari perdagangan berturut-turut.
Baca : Senin Esok, Rupiah Diprediksi 13.259-13.330 Per Dolar AS
"Koreksi IHSG ini bersifat anomali dibandingkan pergerakan bursa kawasan dan global yang cenderung menguat akhir pekan lalu," ucap David.
Menyusul penerbitan PP No 1/2017 sebagai revisi dari PP No 23/2010 tentang kebijakan pemerintah yang membuka kembali ekspor mineral mentah, salah satu saham yang terkoreksi tajam yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO), yang terkoreksi 15,9 persen di Rp 2.480. Sebaliknya kebijakan pemerintah tersebut membuat harga saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) menguat hingga 6,3 persen.
Secara keseluruhan koreksi IHSG turut dipicu arus dana asing yang keluar dari pasar. Akhir pekan lalu penjualan bersih asing mencapai Rp 364,61miliar. Selama sepekan terakhir IHSG koreksi 1,4 persen setelah pekan sebelumnya menguat 0,95 persen.
"Sepekan kemarin penjualan bersih asing mencapai Rp 794,78 miliar," tutur David.
Baca : IHSG Perdagangan Besok Diperkirakan Masih Terkoreksi
Sementara Wall Street akhir pekan lalu bergerak bervariasi dan cenderung ditutup di positif area. Indeks DJIA melemah tipis 0,03 persen di 19.885. Indeks S&P dan Nasdaq menguat masing-masing 0,2 persen dan 0,5 persen di 2.274 dan 5.574. Koreksi terutama dipicu saham sektor energi menyusul koreksi harga minyak mentah 1,2 persen di US$ 52,52 per barel.
DESTRIANITA