TEMPO.CO, Malang - Para petani kentang di Batu, Jawa Timur, terpaksa panen lebih awal agar kentang tidak busuk. “Sebenarnya belum layak dipanen. Masa tanam minimal 120 hari, tapi harus dipanen meski baru berusia 50 hari,” kata seorang petani di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Muhammad Hamid, Senin, 6 Februari 2012.
Hamid menjelaskan buah kentang terancam busuk karena daunnya rusak diterpa angin kencang dan badai tropis yang menerjang Jawa Timur sejak dua pekan lalu. "Kami rugi besar, padahal harus mencicil pengembalian pinjaman modal dari bank,” ujar Hamid.
Akibat dipanen lebih awal, harga jual kentang pun anjlok, dari Rp 5 ribu per kilogram menjadi Rp 2 ribu per kilogram. Bukannya mendapatkan keuntungan, rata-rata setiap petani mengalami kerugian Rp 29 juta sampai Rp 35 juta per hektare.
Menurut Hamid, hampir seluruh lahan tanaman kentang di Batu yang seluas 633 hektare mengalami hal yang sama. Rata-rata setiap petani, termasuk Hamid, memiliki lahan satu hektare.
Para petani meminta pihak perbankan memberikan toleransi agar bisa diringankan dalam melakukan angsuran pinjaman kredit. Pemerintah pun diminta membantu meringankan kerugian para petani. Sebab apa yang dialami para petani kentang merupakan bencana alam yang tak bisa dihindari.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Batu, Widodo, berjanji akan membantu meringankan beban para petani kentang. Bantuan akan diambil dari pos anggaran tak terduga. ”Mereka tergolong korban bencana," ujarnya. Saat ini Pemerintah Kota Batu sedang menghitung kerugian yang diderita para petani.
EKO WIDIANTO