Bersamaan dengan penurunan jumlah pengunjung, omzet penjualan di toko retail di kota besar. Pada 2010, omzet toko retail di kota besar hanya Rp 618 ribu sehari. Padahal, tahun sebelumnya, omzet bisa mencapai Rp 781 ribu.
"Toko retail di kota besar memang sedang mengalami masa sulit tahun lalu," kata Executive Director dari Retail Measurement Services Nielsen, Teguh Yunanto, hari ini.
Menurut Teguh, konsumen memang terihat sedang mengurangi belanja berlebihan tahun lalu. Sebab, secara umum memang frekuensi kunjungan konsumen ke seluruh toko retail menurun.
Berdasarkan survei Nielsen, pada 2009, 7,1 konsumen datang ke toko retail lebih dari sekali. Tapi, tahun ini pengunjung toko retail yang lebih dari sekali hanya 6,7 persen.
Mereka ingin menyimpan lebih banyak waktu untuk berbelanja. Hal itu terlihat dari peningkatan pengunjung yang mendatangi toko retail sekali dalam sebulan dari 26,5 persen jadi 28 persen.
Turunnya jumlah kunjungan ke toko retail tidak menyurutkan pengembangan minimarket. Pada 2010, jumlah minimarket tumbuh 42 persen jadi 16.922 toko.
Namun, hal itu tidak diikuti pertumbuhan hypermarket dan supermarket yang justru turun 3 persen. Pada 2010, jumlah gerai hypermarket dan supermarket tinggal 1.230 gerai.
Artinya, rata-rata konsumen memang lebih suka berkunjung ke toko yang lebih kecil. "Sebab, tidak harus menghabiskan bensin, karena konsumen bisa ke minimarket," ujarnya.
Pola konsumen ini memang menyulitkan bagi pengembang hypermarket dan supermarket. "Untuk menghadapi hal itu, bisa dengan spesialisasi toko," kata Teguh.
"Atau menghadirkan display yang menarik di pintu masuk hypermarket atau supermarket," ujarnya.
Saat ini, sudah banyak toko yang mengkhususkan diri menjual produk tertentu. seperti toko kosmetik, toko farmasi dan obat-obatan.
EKA UTAMI APRILIA