"Isi volume elpiji 12 kilogram masih sering kurang, Pertamina dan mitra bisnisnya sampai sekarang tidak sejalan," ujar Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, ketika dihubungi wartawan di Jakarta hari ini.
Selain itu, menurut dia, Pertamina juga masih belum bisa memastikan pasokan elpiji tetap aman. "Akibatnya, harga di pasar sudah naik meskipun tidak ada keputusan resmi dari Pertamina," katanya.
Langkah Pertamina ini juga tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah soal elpiji. Sejak 2007, pemerintah mencanangkan program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kilogram bersubsidi. Setelah program ini berjalan dua tahun, Pertamina malah berencana menaikkan harga elpiji tidak bersubsidi.
Tulus khawatir kenaikan ini dapat membuat pengguna elpiji 12 kilogram beralih ke 3 kilogram. Apalagi, menurut survei YLKI, banyak rumah tangga yang memiliki dua jenis tabung itu. "Elpiji 3 kilogram bisa dibeli oleh siapapun karena sistemnya terbuka," ujarnya.
Seperti diberitakan, Pertamina berencana menaikkan harga elpiji 12 kilogram secara bertahap setiap bulan sebesar Rp 100 per kilogram. Pertamina menilai harga jual sekarang sebesar Rp 5.750 per kilogram masih lebih rendah dari harga keekonomian (pasar) Rp 7.700 per kilogram.
SORTA TOBING