TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat terjadinya perlambatan penjualan eceran di DKI Jakarta dan Denpasar pada Februari 2017. Dilansir dari hasil survei yang dipublikasi BI, indeks penjualan riil (IPR) pada Februari hanya tumbuh 3,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibanding Januari lalu yang tumbuh 6,3 persen.
“Pengaruhnya sampai pada eceran kelompok makanan dan non-makanan,” bunyi hasil survei yang dipublikasi BI, Senin, 10 April 2017.
Baca: Perluas Layanan BPJS Kesehatan, BNI Gandeng Mitra-mitra Usaha Ini
Pada Maret 2017, indeks penjualan eceran itu diindikasi masih melambat. Hal itu berdasarkan IPR yang hanya tumbuh 2,6 persen (yoy). Pada periode tersebut, penjualan eceran pada kelompok makanan diperkirakan tumbuh 4,9 persen (yoy), lebih rendah daripada Februari dengan 5,1 persen (yoy).
Di sisi lain, pertumbuhan tahunan penjualan kelompok komoditas non-makanan diindikasi mengalami kontraksi sebesar 0,7 persen (yoy) pada Maret 2017, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya dengan 1,8 persen (yoy).
Baca: Acara Tahunan IMF-World Bank Dibiayai APBN-P 2017
Survei BI pun mendapati bahwa tekanan kenaikan harga pada tiga bulan mendatang akan meningkat di level pedagang eceran. Indikasi itu dilihat BI dari indeks ekspektasi harga umum (IEH) untuk tiga bulan mendatang yang besarnya 140,4, lebih tinggi daripada bulan sebelumnya yang hanya 134,1.
Tekanan kenaikan harga pada Agustus 2017 diperkirakan melambat. Hal itu dilihat dari nilai IEH enam bulan mendatang sebesar 131,3, lebih rendah daripada bulan sebelumnya dengan 132,3.
YOHANES PASKALIS