TEMPO.CO, Jakarta -Kurs rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bakal tertekan dalam jangka pendek. Hal ini akibat indeks dollar Amerika Serikat yang dilaporkan mulai naik. "Pelemahan sesaat untuk rupiah, meskipun sentimen positif masih kuat bertahan," ujar Analis Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 29 Maret 2017.
Ketika pasar keuangan ditutup pada Selasa kemarin, mayoritas kurs di Asia tercatat melemah terhadap dollar AS setelah sebelumnya menguat secara konsisten. "Fokus saat ini inflasi yang akan dirilis Senin depan dan sambil menunggu kepastian peringkat utang versi S&P," kata dia.
Baca: Awal Pekan, Kurs Rupiah Menguat 17 Poin
Data konsumen Amerika Serikat yang solid kata Rangga menyebabkan indeks dollar AS kembali naik. Yield US Treasury dan S$P juga dilaporkan naik merespon data tersebut. Namun, sentimen secara keseluruhan belum banyak berubah. "The Fed masih dovish sementara Trump masih belum akan merealisasikan janji stimulus fiskalnya."
Sementara itu, Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan penguatan rupiah kini sedang diuji dan terlihat cukup rentan berpotensi membuat laju rupiah berbalik melemah tipis.
Baca: Kurs Rupiah Dibuka Melemah 3 Poin
Menurut Reza, pergerakan rupiah dapat kembali variatif dan cenderung melemah tipis jika tidak ada sentimen lainnya yang dapat mengimbangi peluang pelemahan tersebut. "Tetap mencermati berbagai macam sentimen yang dapat merubah arah penguatan Rupiah," katanya.
Dia pun memperkirakan rupiah sepanjang hari ini akan bergerak dengan kisaran pada kisaran support 13.342 dan resisten 13.310.
Namun, jika laju dollar AS melemah, Reza menuturkan akan menjadi penolong bagi rupiah yang sempat akan membentuk tren pelemahannya. "Pergerakan Rupiah cenderung untuk mencoba kembali variatif menguat tipis." Sehingga dia memperkirakan rupiah dapat bergerak lebih baik yaitu dengan kisaran pada kisaran support 13.332 dan resisten 13.268.
GHOIDA RAHMAH