TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Australia menghasilkan sejumlah kesepakatan. Khusus di bidang ekonomi, ada sejumlah kerja sama antarkedua negara yang bakal diwujudkan dalam waktu dekat.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyatakan nilai investasi yang akan digelontorkan investor Australia mencapai Rp 39 triliun. "Itu investasi yang saya targetkan dalam tiga sampai lima tahun ke depan," ucap Thomas dalam siaran pers yang diterima Tempo, Senin, 27 Februari 2017.
Investasi itu akan diperuntukkan bagi berbagai sektor, yaitu pertambangan, wisata bahari, infrastruktur, prasarana air, dan ekonomi digital.
Baca: Menteri Basuki Ingin Pemda Tambah Ruang Terbuka Hijau
Sedangkan khusus di bidang perdagangan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan Indonesia mendapatkan akses untuk pasar herbisida dan pestisida. Ia menyebut nilai impor Australia untuk kedua jenis zat kimia pembasmi hama tersebut mencapai US$ 1,3-1,5 miliar.
Dengan adanya akses masuk, ucap Enggartiasto, diharapkan nilai ekspor Indonesia untuk kedua jenis zat kimia pembasmi hama bisa meningkat. Sebab, selama ini ekspor terhambat oleh tarif. "Indonesia hanya bisa masuk dengan US$ 50 juta karena berbagai hambatan tarif," katanya.
Simak: Sebelum Ramadan 2017, Kapal Roro Jakarta-Surabaya Beroperasi
Lalu dalam hal tarif bea masuk gula. Pemerintah Indonesia, menurut Enggartiasto, akan menyamakan tarif bea masuk gula dari Australia dengan gula dari ASEAN. Menurut dia, kebijakan ini hanya pengalihan saja karena Indonesia masih mengimpor gula. "Tapi sekarang (impornya) sebagian dari Thailand, sebagian bisa juga dari Australia," ucapnya.
Enggartiasto beralasan cara ini dilakukan untuk menghindari ketergantungan impor raw sugar dari satu negara, yaitu Thailand. Dengan adanya dua pilihan negara pengekspor, Indonesia bisa membandingkan dan mendapatkan harga yang diharapkan.
Simak: Jokowi Bidik Investasi dari 10 Pebisnis Australia
Selain itu, kedua negara bersepakat dalam hal relaksasi impor sapi. Pemerintah, kata Enggartiasto, telah menetapkan relaksasi berat sapi dari 350 kilogram menjadi 440 kilogram. Perubahan itu diklaim akan membuat harga sapi bakalan turun US$ 1 per kilogram. Ia menyatakan, setelah empat bulan sapi menjalani proses penggemukan, harga daging sapi segar akan turun. "Di luar dari harga daging beku yang sekarang sudah ada dengan maksimum Rp 80 ribu per kilogram," tuturnya.
ADITYA BUDIMAN