TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan kondisi sistem keuangan tetap stabil. Hal tersebut didukung oleh ketahanan industri perbankan dan stabilitas pasar keuangan yang terga. Pada Desember 2016, radio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 22,7 persen.
"Adapun rasio likuiditas berada di level 20,9 persen. Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross tercatat sebesar 2,9 persen dan NPL nett 1,2 persen," kata Agus dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di Kompleks BI, Jakarta, Kamis, 16 Februari 2017.
Baca : Tahun Lalu, Industri Keuangan Nonbank Tumbuh 14,54 Persen
Sepanjang 2016, menurut Agus, pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial telah menurunkan suku bunga deposito sebanyak 122 basis poin dan suku bunga kredit 79 basis poin. "Berdasarkan jenis kreditnya, suku bunga kredit modal kerja turun 110 basis poin, kredit investasi turun 91 basis poin, dan kredit konsumsi turun 29 basis poin," tuturnya.
Pertumbuhan kredit sepanjang 2016, Agus berujar, hanya sebesar 7,9 persen. Angka tersebut lebih rendah dibanding 2015 yang mencapai 10,5 persen. "Hal ini disebabkan masih rendahnya permintaan kredit sejalan dengan konsolidasi yang dilakukan korporasi dan masih lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia," ujarnya.
Baca : Kasus Bumiputera Bisa Memicu Moral Hazard, Ini Kata Pengurus
Agus menambahkan pertumbuhan dana pihak ketiga pada 2016 mencapai 9,6 persen atau lebih tinggi dibanding 2015 yang hanya 7,3 persen. Hal itu didorong masuknya dana repatriasi yang cukup besar pada akhir 2016. Sementara itu, pembiayaan melalui pasar modal seperti penerbitan saham, obligasi korporasi, dan medium term notes meningkat.
Agus memperkirakan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga pada 2017 akan lebih baik sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya. "Masing-masing di kisaran 10-12 persen dan 9-11 persen," katanya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI