TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan mengkaji sejumlah risiko keuangan yang menimbulkan persepsi negatif di kalangan para investor. Risiko ini juga berkaitan dengan rating layak investasi dari sejumlah lembaga pemeringkat.
"Kami usahakan perbaikan. Kalau sumbernya APBN, ya, kami lihat di sektor penerimaan mana yang harus kami perbaiki, berapa lama diperlukan, apa yang akan dicapai," kata Sri Mulyani, Kamis 9 Februari 2017.
Baca : Menteri Darmin Targetkan Inflasi di Level 4 Persen
Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service merevisi rating investasi Indonesia dari stable menjadi positif atau ke level Baa3 (investment grade). Moody's menilai pemerintah berhasil menyeimbangkan neraca pembayaran di tengah tekanan harga komoditas melalui berbagai kebijakan.
Baca : Pemerintah Siapkan Kebijakan Ekonomi Baru Kurangi Kemiskinan
Apalagi defisit neraca turun hingga sekitar 1,8 persen pada 2016. "Kami harap defisit transaksi berjalan tetap moderat pada tahun berikutnya," demikian Moody's dalam pernyataan tertulisnya.
Moody's juga menyoroti penerimaan negara yang turun 5 persen secara tahunan (year on year), sedangkan belanja meningkat 15,1 persen. Kendati demikian, Moody's mengapresiasi program pengampunan pajak yang menyumbang 0,9 persen terhadap penerimaan negara. "Secara keseluruhan, kami perkirakan defisit terjaga di level 2,5 persen dari PDB untuk menopang perekonomian menghadapi guncangan negatif."
Baca : Hari Valentine, KAI Tebar Tiket Kereta Murah
Sebelumnya, Fitch Ratings juga menaikkan peringkat utang Indonesia ke level layak investasi. Pemerintah masih menunggu hasil kajian Standard and Poor's untuk menyatakan peringkat serupa. Saat ini, Sri Mulyani berupaya memperbaiki kredibilitas informasi dan komitmen pemerintah untuk melaksanakan kebijakan yang berlaku. "Kadang sering pemerintah sudah jalankan kebijakan, tapi kemudian kritik yang muncul adalah implementasi," kata dia.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan persepsi ini menunjukkan kepercayaan investor kepada Indonesia dalam menghadapi risiko ekonomi eksternal. Persepsi Moody's ini, kata Agus, sesuai dengan kajian IMF yang menyatakan bahwa makroekonomi domestik cukup stabil. "Ini kesempatan kita untuk bisa lebih baik, khususnya pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif," kata Agus.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan perbaikan persepsi Moody's akan meningkatkan kepercayaan untuk berinvestasi di Indonesia. Kendati demikian, pemerintah tetap berusaha menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi kebijakan luar negeri, seperti proteksi dagang Amerika Serikat. "Perbaikan, ya, ada pengaruhnya, tapi dunia ini tak selalu dipengaruhi oleh satu suara," ujarnya.
Darmin mengatakan tekanan inflasi semakin tinggi setelah kenaikan harga barang yang diatur pemerintah. Karena itu, pemerintah berupaya menekan harga pangan meskipun pengendalian komoditas ini sangat bergantung pada musim. "Tapi kita coba kendalikan supaya tidak lebih dari 4 persen," kata dia.
PUTRI ADITYOWATI | GHOIDA RAHMAH