TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan tahun ini laju inflasi diperkirakan akan tertekan komponen harga yang ditentukan pemerintah (administered prices). Pada 2016, menurut Agus, inflasi dari sisi administered prices hanya berada di level 0,21 persen. Artinya, tahun lalu tidak ada tekanan inflasi dari sisi administered prices.
"Tapi pada 2017, diperkirakan ada pengurangan subsidi listrik, penyesuaian biaya pengurusan STNK, penyesuaian harga BBM, serta penerapan BBM satu harga. Hal itu merupakan komponen dari administered prices," kata Agus dalam konferensi persnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 3 Februari 2017.
Namun, Agus menyatakan, BI dan pemerintah sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi tekanan inflasi pada 2017. Pada Januari kemarin, inflasi cukup tinggi, menyentuh 0,97 persen. "Faktor administered prices dan inflasi inti ada di situ. Tapi, kami akan jaga agar inflasi 2017 di kisaran target, yakni 4 plus minus 1 persen," tuturnya.
Tekanan inflasi di sisi administered prices, menurut Agus, akan dikompensasi dengan menjaga inflasi inti dan harga pangan bergejolak atau volatile foods. "Diupayakan agar terkendali dan kami akan koordinasi agar administered prices diambil ketika yang lain terjaga sehingga inflasi 4 plus minus 1 persen juga terjaga," ujarnya.|
Walaupun kemungkinan inflasi meningkat pada 2017, Agus tetap menyambut baik kebijakan pemerintah mengurangi subsidi untuk belanja yang kurang produktif. "Seperti penyesuaian tarif listrik 900 VA dan penyesuaian harga BBM. Kami yakini ini lebih ke one time inflation. Kami berkomitmen untuk menjaga inflasi sesuai range," katanya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI