TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Pardjiono mengatakan, laju inflasi tahun ini diperkirakan masih berada pada kisaran 4 plus minus 1 persen sesuai dengan asumsi yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017.
Menurut Pardjiono, membaiknya sarana dan prasarana infrastruktur mendukung stabilisasi harga. "Tapi masih terdapat risiko dari komponen administered price, seperti penyesuaian subsidi listrik 900 VA serta kenaikan biaya administrasi STNK," kata Pardjiono dalam rilisnya, Selasa, 31 Januari 2017.
Baca:
Ketua MPR: Soal Garam Lebih Penting ketimbang Bantuan Kapal
Sasar Pebisnis, Dropbox Perkenalkan Dua Layanan Baru
Selain itu, Pardjiono mengatakan, pemerintah juga akan mewaspadai adanya kemungkinan penyesuaian harga di sektor energi seiring dengan tren peningkatan harga minyak mentah. Pemerintah pun akan melihat potensi gangguan iklim yang mempengaruhi produktivitas hortikultura serta kelancaran distribusi.
Parjiono menambahkan, pemerintah berkomitmen dalam pengendalian inflasi yang berpengaruh besar di masyarakat. "Pemerintah berupaya mencermati kondisi supply dan demand, terutama bahan pangan pokok dan berkomitmen untuk mengendalikan inflasi komponen volatile food," ujarnya.
Simak:
Produk Ikea Ternyata Buatan Indonesia
Lawan Trump, Starbucks Janji Pekerjakan 10 Ribu Pengungsi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi tahunan pada 2016 mencapai 3,02 persen. Angka tersebut merupakan angka inflasi terendah sejak 2010. Angka itu juga sesuai dengan target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang mematok laju inflasi mencapai 4 plus minus 1 persen.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo memperkirakan keseluruhan tahun inflasi berada di posisi 3,19 persen. Menurut dia, sumber-sumber inflasi terdapat pada harga listrik dan harga cabai. Untuk komoditas lain seperti bawang merah, menurut Agus, sudah menunjukkan deflasi.
ANGELINA ANJAR SAWITRI