TEMPO.CO, Jakarta - Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 diproyeksikan mampu meraih pendapatan sekitar Rp 5 triliun pada tahun pertama implementasi skenario penyelamatan yang dirancang pengelola statuter. Pendapatan itu antara lain bersumber dari pembagian keuntungan dari PT Asuransi Jiwa Bumiputera (AJB) yang merupakan cucu usaha dari Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 (AJBB).
Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) II Otoritas Jasa Keuangan Dumoly F. Pardede menjelaskan, sumber pendapatan lain Bumiputera adalah premi lanjutan, bunga dari promissory notes, dan divestasi sebagian aset yang dilakukan secara bertahap.
Dumoly mengatakan pembagian keuntungan atau profit sharing dari AJB kepada AJBB mencapai 40 persen dari nilai laba. Nilai premi lanjutan diperkirakan mencapai Rp 2-3 triliun hingga akhir tahun ini. "Nilainya bisa mencapai kisaran Rp 5 triliun untuk tahun ini," ujarnya, Senin, 23 Januari 2017.
Pada periode yang sama, Dumoly mengatakan, total klaim AJBB diproyeksikan mencapai Rp 5 triliun. Proyeksi itu sudah mengandaikan terjadinya klaim-klaim besar dari sejumlah pemegang polis kakap dan akumulasi beban klaim.
Karena itu, pada tahun ini nilai klaim dan manfaat yang ditanggung AJBB diperkirakan masih akan setara. Namun, Dumoly memperkirakan nilai pendapatan itu masih akan tumbuh pada tahun-tahun berikutnya dan mengimbangi pertumbuhan nilai klaim. “Lima tahun pertama ini menjadi masa kritis dari upaya penyelamatan ini. Setelah itu, secara bertahap AJBB bisa dikembangkan.”
Kepala Departemen Pengawasan IKNB I A OJK Yusman menjelaskan pada tahun pertama ini pendapatan AJBB senilai Rp1,1 triliun juga bersumber dari pembayaran konversi aset properti. Jika dirincikan, maka pos pendapatan ini terdiri dari dana tunai senilai Rp 900 miliar dan sisanya dari pengalihan produk asuransi syariah.
Yusman menuturkan profit sharing dari AJB diperkirakan senilai Rp50 miliar untuk tahun pertama ini. “Selain itu ada bunga promissory notes, yakni 6,5% kali Rp3,3 triliun . Itu nilainya yang di dapat AJBB mulai tahun ini.”
Yusman, yang juga menjadi anggota Pengelola Statuter AJBB yang membidangi Manajemen Risiko dan Kepatuhan itu, menjelaskan hingga saat ini pengelola statuter masih mengajukan kepemilikan hingga 20 persen oleh AJBB pada AJB. Porsi kepemilikan itu tengah dibahas dengan konsorsium Erick Thohir sebagai calon pembeli anak usaha AJBB.
Sebelumnya, Koordinator Pengelola Statuter AJBB Didi Achdijat, mengatakan jumlah saham itu diupayakan dapat dimiliki tanpa harus melakukan injeksi modal kepada konsorsium. Kepemilikan itu diupayakan agar kedua entitas tetap memiliki hubungan bisnis.
Apalagi, dalam 12 tahun ke depan AJB wajib menyerahkan sebagian labanya kepada perusahaan sedangkan AJBB akan menghentikan seluruh penerbitan polis baru. “Supaya ada hubungan, kalau enggak gimana, apa dasar kami bekerja,” katanya.
Didi mengatakan kepemilikan ini dapat saja berubah setelah proses restrukturisasi tahap dua, yakni right issue oleh Evergreen dilakukan. Namun, proses itu baru dapat dipastikan setelah injeksi modal oleh konsorsium rampung dilakukan.
Masuknya modal dari konsorsium untuk AJB, menurut Didi, masih sesuai target awal yakni Maret 2017. Demikian juga dengan pembayaran promissory note di mana angsurannya pokoknya dimulai dari tahun ke tiga. AJB diperkirakan akan mulai efektif menjalankan bisnisnya pada April 2017. Pada Februari 2017 peluncuran cucu usaha AJBB itu akan direalisasikan.