TEMPO.CO, Bandung - Kepala Bidang Statistik Distribusi, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Dudung Supriyadi mengatakan, hasil sementara Sensus Ekonomi 2016 mendapati jumlah usaha non pertanian di Jawa Barat dalam 10 tahun terakhir naik 10,9 persen. “Itu angka sementara hasil pendataan, baru angka olah cepat,” kata dia saat dihubungi Tempo, Selasa, 6 September 2016.
Dudung mengatakan, pertumbuhan jumlah usaha di Jawa Barat relatif moderat dibandingkan dengan wilayah timur Indonesia. “Kecepatan pertumbuhan jumlahnya relatif moderat, kalau di wilayah timur ada yang sampai 50 persen,” kata dia.
Kendati demikian, jumlah usaha non pertanian di Jawa Barat terhitung paling besar di Indonesia. Jumlah usahanya hanya berselisih tipis dibandingkan Jawa Timur yang berada di dua besar. “Jawa Barat 4,67 juta usaha, kalau Jawa Timur 4,65 juta. Masih gede Jawa Barat,” kata Dudung.
Dudung mengatakan, sebaran daerah pusat pertumbuhasn usaha dalam sepuluh tahun terakhir di Jawa Barat relatif tidak berubah. “Polanya masih mirip dengan pola hasil sensus tahun 2006. Seperti Kabupaten Bogor tertinggi, Kota Banjar terendah. Tidak ada yang terlalu ekstrim perubahannya,” kata dia.
Menurut Dudung, hingga akhir tahun ini BPS akan mengolah data-data yang diperoleh dari hasil sensus ekonomi tersebut. Hasil pengolahan data sensus itu misalnya merinci usaha berdasarkan jenis, kateogri, dan sektornya, hingga skala usahanya. “Tahun 2017 akan dilanjutkan dengan sensus ekonomi dengan sampling, di sana kita akan mendapat data lebih rinci misalnya produktivitas,” kata dia.
Pada sensus ekonomi tahun ini yang dilangsungkan sepuluh tahun sekali, misalnya hendak memotret usaha online. “Walaupun belum tertangkap utuh, tapi sudah mulai muncul. Tahun 2006 sudah ada tapi tidak menjadi fokus, kalau sekarang ada pertanyaan tentang penggunaan internet dalam kegiatan usaha. Di sana akan terlihat keterkaitannya,” kata Dudung.
Hasil sementara sensus ekonomi 2016 yang dirilis Badan Pusat Statistik mendapati jumlah usaha non pertanian di Jawa Barat menembus 4,67 juta usaha, naik 10,9 persen dibandingkan hasil sensus serupa tahun 2006 yang mencatatkan 4,21 juta usaha. Mayoritas merupakan usaha yang tidak menempati bangunan khusus berjumlah 3,38 juta usaha seperti pedagang keliling, pedagang kaki lima, hingga ojek. Sisanya, 1,28 juta usaha menempati bangunan khusus.
Kabupaten Bogor tercatat menjadi wilayah dengan jumlah usaha non pertanian terbanyak yakni 373 ribu usaha dengan pertumbuhan 5,6 persen dalam sepuluh tahun terakhir. Posisi kedua Kota Bandung 358 ribu usaha tumbuh 26,5 persen, lalu Kabupaten Bandung 351 ribu usaha tumbuh 8,6 persen.
Sementara Kota Banjar terendah hanya mencatatkan 25 ribu usaha non pertanian kendati pertumbuhannya relatif tinggi yakni 23,9 persen dalam satu dekade terakhir. Lalu Kota Sukabumi 39 ribu usaha tumbuh 25,2 persen, serta Kota Cirebon 41 ribu usaha tumbuh 10,4 persen.
Kota Depok dengan jumlah usaha non pertanian mencapai 162 ribu usaha mencatatkan dirinya sebagai daerah dengan pertumbuhan usaha non pertanian terbesar yakni tumbuh 36,6 persen. Posisi kedua Purwakarta tumbuh 28,1 persen dengan 87 ribu usaha, lalu Pangandaran tumbuh 27,9 persen dengan 60 ribu usaha.
Sementara daerah degan pertumbuhan badan usaha terendah adalah Indramayu hanya tumbuh 1,1 persen dalam satu dekade dengan jumlah usaha non pertanian 195 ribu usaha. Selanjutnya Garut yang tumbuh 2 persen menjadi 250 ribu usaha, serta Kota Bogor tumbuh 3,6 persen menjadi 87 ribu usaha.
AHMAD FIKRI