TEMPO.CO, Jakarta - Laju indeks dolar Amerika Serikat terus bergerak menguat di level 95,80 (vs 95,60) sehari sebelumnya. Keadaan tersebut membuat mayoritas mata uang dunia, seperti yuan, euro, yen, pound sterling, serta rupiah cenderung melanjutkan pelemahan dalam perdagangan kemarin.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, masih menguatnya indeks dolar AS serta belum membaiknya pergerakan harga minyak dunia membuat rupiah rawan akan sentimen negatif.
"Hal ini berdampak penekanan yang kemungkinan dapat terjadi pada rupiah," ujar Reza, Rabu, 31 Agustus 2016.
Pada perdagangan hari ini, Reza memperkirakan laju rupiah akan berada dalam rentang support 13.267 serta resistan 13.243.
Meski sempat bergerak volatile dalam perdagangan kemarin, rupiah ditutup cenderung flat di area 13.250. Tapi pelemahan rupiah yang sempat menyentuh 13.280 kemarin patut diwaspadai.
Menurut Reza, setelah pidato Janet Yellen dalam simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming, yang cenderung hawkish untuk menaikkan tingkat suku bunga Amerika Serikat, menyebabkan dolar AS kembali menguat terhadap mata uang domestik.
"Keadaan tersebut masih membebani laju mata uang rupiah di pasar valas domestik," katanya.
Reza menambahkan, posisi rupiah bisa terancam kembali berada di level Rp 13.300 per dolar AS akibat sentimen dari global itu. Diharapkan sentimen dari dalam negeri mengenai amnesti pajak serta paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan menjaga fluktuasi mata uang rupiah agar tidak tertekan lebih dalam.
DESTRIANITA