TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pelindo I Bambang Eka Cahyana mengatakan, saat korporasi melakukan penawaran umum obligasi pertama sebesar Rp 1 triliun pada 18 Mei 2016, pihaknya mendapat kelebihan permintaan atau oversubscribe 7,5 kali lipat.
“Menurut saya, ini hasil kolaborasi yang bagus antara Pelindo I dan Mandiri Sekuritas,” ujar Bambang di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 22 Juni 2016.
Bambang menuturkan, meski obligasi tersebut diluncurkan di dalam negeri, berdasarkan informasi yang ia terima dari penjamin pelaksana emisi efek, PT Mandiri Sekuritas, dari penjatahan, ada investor asing dari Singapura yang ikut membeli. “Sebetulnya market yang ingin membeli itu besar sekali, jadi saya bingung melakukan penjatahan,” kata Bambang.
Dalam penerbitan obligasi itu, PT Pelindo I juga memperoleh hasil pemeringkatan AA(idn) dari PT Fitch Ratings Indonesia dan PT Pemeringkat Efek Indonesia. Adapun obligasi dibayarkan setiap tiga bulan sesuai dengan pembayaran bunga obligasi yang bersangkutan. Pembayaran bunga obligasi pertama dilakukan pada 21 September 2016. Sedangkan pembayaran bunga obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo bergantung pada setiap seri obligasi.
Obligasi yang ditawarkan Pelindo I terdiri atas empat seri, yaitu Seri A dengan jangka waktu tiga tahun, Seri B dengan jangka waktu lima tahun, Seri C dengan jangka waktu tujuh tahun, dan Seri D dengan jangka waktu sepuluh tahun.
Obligasi yang mereka terbitkan, menurut Bambang, lebih banyak komposisinya dari sisi korporasi, yakni 80 persen, dan retail 20 persen. “Porsi retail tetap diberikan karena sebetulnya, semakin banyak yang membeli obligasi, maka ketika melakukan penawaran umum berkelanjutan akan semakin bagus. Jadi kami punya base yang cukup bervariasi,” tutur Bambang.
Melihat minat investor cukup besar untuk membeli obligasi, Pelindo I berencana kembali menerbitkan obligasi tahun depan. “Pasti, tahun depan, mungkin kami targetkan paling lambat kuartal 2, nilainya sekitar Rp 2 triliun lagi,” ucap Bambang.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI