TEMPO.CO, Jakarta - Perekonomian Bali pada tahun ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 6,03%-7,03%, seiring membaiknya kondisi dari sisi penawaran dan permintaan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali menyatakan peningkatan industri pariwisata, perbaikan sektor pertanian, peningkatan konsumsi pemerintah dan rumah tangga, serta perbaikan ekspor akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Bali tahun ini. Pada tahun lalu, perekonomian Bali tumbuh 6,04%.
"Kami memang optimistis, karena melihat banyak perubahan menuju arah positif. Terutama rencana pembangunan infrastruktur dan kebijakan pemerintah pusat," ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Dewi Setyowati, Kamis (17 Maret 2016)
Menurutnya, dari sisi konsumsi pemerintah, komitmen pemda dan dukungan dana dari APBN serta akselerasi pembangunan infrastruktur, dan peningkatan alokasi anggaran ditambah komitmen realisasi belanja semakin baik akan sangat membantu. Dari sisi konsumsi rumah tangga, penyaluran KUR, peningkatan UMP, dan produksi pertanian yang didukung intensifikasi pertanian akan ikut mendorong pertumbuhan.
Tahun lalu, penyaluran KUR di daerah ini mencapai Rp594,91 miliar. Namun tahun ini nilainya akan lebih besar seiring turunnya suku bunga dari 12% menjadi 9% per tahun. Kredit perbankan juga diperkirakan akan semakin kencang dengan turunnya suku bunga acuan (BI rate) yang dapat mendorong investasi.
Adapun sisi ekspor luar negeri, kebijakan 10 paket deregulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat pada tahun lalu diperkirakan memberikan dampak. Kebijakan itu masih ditambah tandai-tanda perbaikan perekonomian global seperti Amerika Serikat.
Hal tersebut sangat penting, kata Dewi, karena ekspor Bali terus menunjukkan tren penurunan setiap tahun dampak melambatnya ekonomi global. BPS Bali mencatat, ekspor barang dari daerah ini pada Januari turun 10,18% menjadi US$37,9 juta dibandingkan Desember 2015 senilai US$42,2 juta.
Optimisme bank sentral akan ekonomi Bali juga dipengaruhi prediksi tingkat inflasi yang diperkirakan pada kisaran 3%-5%,
Kendati demikian, BI menyarankan ada langkah antisipasi dari pemangku kebijakan, karena sejumlah tantangan akan menghadang pertumbuhan yang datangnya bersumber dari inflasi. Dari sisi eksternal, potensi kenaikan harga minyak dunia, pelambatan ekonomi China yang dapat berdampak menurunkan jumlah kunjungan wisman, dan masih terbatasnya perbaikan ekonomi AS.