TEMPO.CO, Jakarta - Harga CPO global sepanjang dua pekan pertama Februari 2015 mulai menggeliat naik. Harga bergerak pada kisaran US$ 575-650 per metrik ton. "Ini untuk pertama kalinya harga CPO global menyentuh US$ 600 per metrik ton sejak Agustus 2015," kata Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan di Jakarta, Jumat, 19 Februari 2016.
Faktor utama yang mendongkrak harga CPO global adalah berkurangnya stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia. Produksi sawit kedua negara ini menurun karena El Nino yang panjang tahun lalu serta mulai berjalannya program biodiesel di Indonesia dan Malaysia.
Sentimen positif ini, oleh Fadhil, diprediksi terus berlanjut. Sebab, saat ini beberapa daerah sentra penghasil sawit di Indonesia sedang dilanda banjir sehingga mengganggu panen dan transportasi buah sawit. "Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, GAPKI memperkirakan harga CPO global sampai akhir Februari akan bergerak pada kisaran US$ 640-670 per metrik ton," ujarnya.
Bagaimanapun, pada Januari lalu, harga CPO global bergerak pada kisaran US$ 535-575 per metrik ton, dengan harga rata-rata US$ 557,2 per ton. "Harga rata-rata Januari 2016 ini turun sebesar 0,5 persen dibandingkan harga rata-rata pada Desember 2015, yaitu US$ 560,2 per metrik ton," tutur Fadhil.
Fadhil menyatakan program biodiesel di Indonesia sudah mulai berjalan, tapi harga belum mampu mendongkrak harga CPO global karena pelemahan minyak mentah dunia yang jatuh hingga di bawah US$ 30 per barel. "Jatuhnya harga minyak mentah dunia telah menyeret harga-harga komoditas lainnya," ucapnya.
Toh, harga yang terbilang rendah itu tak terbukti menaikkan permintaan ekspor bulan lalu. Volume ekspor minyak sawit Indonesia justru sebaliknya menurun. Menurut data yang diolah GAPKI, volume ekspor minyak sawit Indonesia Januari 2016 sebesar 2,1 juta ton atau menurun 16 persen dibandingkan volume ekspor pada Desember 2015 yang mencapai 2,5 juta ton.
PINGIT ARIA